Rabu, 24 November 2021 / 06:40 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211123175054-92-725085/erick-thohir-beberkan-tiga-tantangan-logistik-ri

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memaparkan sejumlah tantangan industri logistik dalam menghadapi persaingan global.

Menurut Erick terdapat tiga tantangan bagi industri logistik. Pertama, kerentanan rantai pasok global seperti kekurangan kontainer dan keterlambatan pengiriman yang sekarang sudah mulai dirasakan.

“Industri logistik Indonesia menghadapi banyak tantangan dan halangan, mengenai kerentanan rantai pasok global yang sekarang sudah dirasakan, container sangat kekurangan,” ujar Erick dalam acara bertajuk ‘Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi’ pada Selasa (23/11).

“Kemarin saya baru saja rapat dengan Dubes Korea Selatan yang mana untuk pertama kalinya juga Korea kekurangan urea untuk industri, minta kita ekspor ke sana dan ini hal yang terjadi saat ini,” imbuh Erick.

Kemudian, tantangan kedua adalah tekanan perdagangan global akibat penerapan sejumlah kebijakan proteksionisme, perang dagang, dan peningkatan pajak.

“Ini juga sangat mempengaruhi karena kita juga diminta raw material kita, sumber daya alam kita untuk dikirim ke luar negeri sebesar-besarnya. Itu lah hal yang harus kita seimbangkan,” kata Erick.

Erick mengatakan bahwa pihaknya tidak anti asing. Namun, penting untuk memastikan target pasar untuk pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Tantangan ketiga yakni kejutan global usai pandemi yang menurunkan permintaan sejumlah komoditas bahan baku industri, produk jadi industri, hingga barang impor dan ekspor.

Menurut Erick, harga komoditas saat ini semakin tinggi dan hal tersebut perlu diantisipasi agar Indonesia siap dalam menghadapi kejutan tersebut.

Erick juga mengingatkan biaya logistik RI masih terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negara lain.

“Biaya logistik kita ini masih mahal, 23 persen dari produk domestik bruto (PDB), masih tinggi dibanding negara lain. Singapura bisa 8 persen, India 13 persen, Malaysia 13 persen,” ujarnya.

Erick berharap penggabungan Pelindo dapat membantu efisiensi biaya logistik ini. Selain itu, merger juga dapat memberikan manfaat lain yakni pengembangan jaringan pelayanan terintegrasi, peningkatan kapasitas pelabuhan dan percepatan standarisasi operasional, peningkatan akses dan kedalaman kolam Pelabuhan.

“Efisiensi biaya logistik akan memberikan pengaruh kepada meningkatnya perekonomian nasional yang memang kita harus menjadi sentranya dunia, apalagi kita sekarang menjadi presiden G20,” pungkas Erick.

Mengutip data Bank Dunia, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Arif Suhartono mengatakan biaya logistik di dalam negeri memang mencapai 23 persen dari total PDB.

Biaya disumbang oleh gudang (inventory) sebesar 8,9 persen, darat 8,5 persen dan laut 2,8 persen, administrasi 2,7 persen dan lainnya 0,8 persen.

Berkaitan dengan kontribusi sektor laut, pelabuhan dan pengapalan, Arif mengatakan kontribusinya terhadap total biaya logistik memang kecil hanya 1,4 persen dari 23 persen.

Namun, permasalahan yang terjadi di sektor laut, khususnya pelabuhan, bisa berdampak luas terhadap biaya logistik. Salah satu faktor pemicu biaya logistik tinggi di sektor laut adalah kondisi pelabuhan di dalam negeri yang belum seragam meskisudah banyak yang bagus.

“Ketidak-perform-an pelabuhan akan mendorong cost logistic di darat,” katanya dalam rapat kerja dengan komisi VI DPR akhir Juni lalu.