Kamis, 23 September 2021 / 20:40 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210923165959-78-698580/transaksi-dengan-mata-uang-lokal-naik-sejak-2018

Jakarta, CNN Indonesia — Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi dengan skema penyelesaian mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) meningkat sejak 2018 lalu. Transaksi LCS dilakukan dengan beberapa negara, seperti Malaysia, Thailand, dan Jepang.

Kepala Departemen BI Doddy Zulverdi mengatakan transaksi LCS dengan Malaysia hanya 1,4 persen terhadap total perdagangan Indonesia-Malaysia pada 2018 lalu. Kemudian, angkanya naik menjadi 3 persen pada 2019 dan 4,1 persen pada 2020.

“Sejauh ini menurut kami menunjukkan tren positif,” ungkap Doddy dalam Webinar ‘Dampak Penerapan Local Currency Settlement Diperluas, Bagaimana Nasib Rupiah?’, Kamis (23/9).

Kemudian, transaksi LCS dengan Thailand tercatat masih di bawah 1 persen dari total perdagangan Indonesia-Thailand pada 2018. Lalu, porsinya naik menjadi lebih dari 1 persen.

“Thailand pada 2018 baru 0,6 persen dari total perdagangan, 2020 melonjak dua kali lipat,” terang Doddy.

Kemudian, porsi transaksi LCS dengan Jepang tercatat 0,7 persen dari total perdagangan Indonesia-Jepang pada kuartal I 2020. Tahun ini, angkanya naik menjadi lebih dari 3 persen.

“Pada 2021, 6 bulan pertama, porsinya sudah 3,4 persen. Bisa dibayangkan kalau full year akan lebih besar lagi,” terang Doddy.

Sementara, BI belum memiliki data transaksi LCS dengan China. Pasalnya, skema LCS baru disepakati Indonesia dan China pada awal September 2021.

Ia mengatakan transaksi dengan skema LCS akan mengurangi ketergantungan dengan dolar AS. Dengan demikian, pergerakan rupiah berpotensi lebih stabil ke depannya.

Doddy memaparkan terdapat enam manfaat penggunaan skema LCS bagi pelaku usaha. Pertama, mata uang lokal rupiah, ringgit, yen, baht, dan yuan dapat digunakan untuk transaksi perdagangan tanpa harus dikonversi dahulu ke dolar AS.

Kedua, biaya konversi rupiah ke mata uang lokal menjadi lebih efisien. Ketiga, ada alternatif pembiayaan ekspor dalam mata uang lokal.

Keempat, ada opsi instrumen hedging dalam mata uang lokal. Dengan begitu, eksposur risiko bisa dilakukan dengan biaya yang lebih efisien.

Kelima, memperluas akses pelaku usaha ke mata uang selain dolar AS. Keenam, menambah alternatif instrumen investasi selain dolar AS.