Senin, 03 Januari 2022 / 17:49 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220103164602-532-742010/pmi-manufaktur-ri-ke-535-lampaui-china-dan-korsel

Jakarta, CNN Indonesia — Kinerja sektor manufaktur Indonesia terus membaik. Ini tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2021 kemarin.

Berdasarkan data IHS Markit yang menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia pada akhir tahun kemarin berhasil mencapai 53,5. Realisasi tersebut melampaui PMI Manufaktur negara lain, seperti; Thailand (50,6), Filipina (51,8), Vietnam (52,2), Malaysia (52,8), Korea Selatan (51,9), Rusia (51,6), dan China (49,9).

Meskipun terus membaik, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya akan tetap fokus memacu hilirisasi industri demi meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri.

Upaya tersebut ia nilai telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, seperti, membuka lapangan kerja dan penerimaan devisa dari ekspor yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, ekonomi nasional mulai pulih dan kuat kembali. Hal ini ditandai dengan neraca dagang kita yang surplus US$34,4 miliar, dan kondisi surplus tersebut dapat dipertahankan selama 19 bulan. Ekspor kita juga naik secara year on year hingga 49,7 persen,” ungkapnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (3/1).

Selain itu, Ia juga mengatakan selama ini sektor industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional.

Selama Januari hingga November 2021 lalu, nilai ekspor dari industri manufaktur mencapai US$160 miliar. Dengan pencapaian itu, sektor manufaktur berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional.

Angka tersebut juga telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar US$131 miliar.

Agus mengatakan jika dibandingkan dengan Januari hingga November 2020, kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari hingga November 2021 meningkat sebesar 35,36 persen. Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus mempertahankan surplus neraca perdagangan yang dicetak sejak Mei 2020.

“Kenapa ekspor kita bisa naik setinggi itu? Salah satunya karena kita berani untuk menghentikan ekspor raw material, seperti bahan mentah dari minerba, yaitu nikel. Dari awalnya, ekspor sekitar US$1 miliar hingga US$2 miliar, kini sudah hampir mencapai US$21 miliar,” kata dia.

Oleh sebab itu, Agus menuturkan presiden telah memberikan arahan untuk melanjutkan pemberhentian ekspor bauksit, tembaga, timah, dan lainnya. Sebab, karena hilirisasi menjadi kunci dalam kenaikan ekspor RI.

Lebih lanjut, Agus menyebut impor untuk bahan baku dan bahan penolong juga naik sebesar 52,6 persen. Bahan baku dan bahan penolong ini sebagai kebutuhan untuk diolah oleh industri di dalam negeri sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Menurutnya, indikator pulihnya ekonomi nasional juga ditunjukkan dari daya saing Indonesia yang terus meningkat, baik dari aspek bisnis maupun digital.

“Dalam posisi yang sangat berat pada tahun 2021 karena dampak pandemi, kita masih mampu naik ranking. Di aspek bisnis dan digital, naik tiga peringkat semuanya,” tuturnya.

Seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian nasional, Agus optimis pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 4,5 persen hingga 5 persen pada 2022.

“Kami fokus untuk terus membangun sektor industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif,” tandasnya.