Senin, 21 Desember 2020 / 08:20 WIB
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201221071720-85-584545/vaksinasi-corona-angkat-harga-minyak-ke-level-tertinggi
Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak dunia ditutup di level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir pada Jumat (18/12) lalu. Kenaikan harga ditopang harapan membaiknya permintaan BBM berkat dimulainya program vaksinasi covid-19 dan penurunan dolar AS.
Mengutip Antara, Senin (21/12), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 1,5 persen dan menetap di posisi US$52,26 per barel setelah menyentuh level tertingginya sejak Maret 2020 di posisi US$52,48 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 1,5 persen menjadi US$49,10 per barel, setelah mencapai posisi tertingginya sejak Februari 2020 yakni US$49,28.
Sepanjang pekan lalu tercatat WTI melonjak 5,4 persen, sedangkan Brent naik 4,6 persen. Program vaksinasi memang menjadi dorongan terbesar bagi harga minyak mentah dunia sepanjang pekan lalu.
Seperti diketahui, Pfizer telah mengajukan izin vaksinasi di Jepang, setelah produk mereka digunakan di Inggris Raya dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk vaksin Moderna, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan persetujuan izin pemakaian dan izin akan segera terbit.
Di sisi lain, dolar AS berada di posisi terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Dolar yang lemah membuat minyak dan komoditas lainnya lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Pelemahan dolar sejauh ini masih dipicu oleh perundingan kesepakatan stimulus tambahan covid-19. Anggota parlemen AS bekerja lembur untuk memenuhi tenggat waktu menyepakati bantuan baru senilai US$900 miliar.
“Penurunan mingguan dolar adalah pergerakan turun yang signifikan dan mendorong kompleks minyak lebih tinggi,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Di luar hal tersebut, minyak juga mendapat dukungan dari data pasokan mingguan AS yang menunjukkan persediaan minyak mentah turun lebih dari yang diperkirakan.
Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi di masa depan, naik delapan rig menjadi 346 rig dalam sepekan lalu hingga 18 Desember. Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam laporannya pada Jumat (18/12).
Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+, mendukung pasar dengan memperlambat laju peningkatan pasokan yang direncanakan tahun depan.
OPEC+ berencana menambah pasokan 500 ribu barel per hari pada Januari dan akan menggelar pertemuan pada awal Januari untuk memutuskan langkah selanjutnya.