Senin, 01 Maret 2021 / 06:04 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210301054723-92-611976/kenaikan-yield-obligasi-as-batu-sandungan-ihsg

Jakarta, CNN Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada perdagangan Senin (1/3).

Direktur Mega Investama Hans Kwee menyebut dampak dari kenaikan yield (imbal hasil) obligasi tenor 10 tahun Pemerintah AS masih akan menekan bursa saham global, termasuk Indonesia.

Seperti diketahui, yield obligasi AS naik ke level 1,6 persen, menjadi yang tertinggi dalam lebih dari satu tahun terakhir.

Kenaikan ini menempatkan imbal hasil acuan deposito di atas dividen yield saham-saham di dalam indeks S&P 500. Akibatnya, ekuitas yang dianggap sebagai aset berisiko telah kehilangan premi atas obligasi karena dianggap lebih mahal.

“Hal inilah yang memicu aksi jual investor terhadap saham-saham khususnya di saham-saham sektor teknologi yang lebih diuntungkan dengan kondisi suku bunga rendah,” kata Hans, Senin (1/3).

Ia memproyeksikan indeks saham bergerak di rentang support 6.173-6.018 dan resistance 6.302-6.350.

Senada, Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menyebut secara teknikal tren pelemahan tampak masih akan berlanjut. Hal ini terlihat dari indikator stochastic membentuk deadcross di area overbought.

“Selain itu, pergerakan juga akan dipengaruhi sentimen hasil voting DPR AS terkait stimulus. Dari dalam negeri investor akan mencermati rilis data manufaktur dan data inflasi,” jelasnya.

Ia memprediksi IHSG melaju di rentang support 6.124-6.182 dan resistance 6.300-6.360.

Adapun saham-saham pilihannya yaitu UNVR, BBTN, PPRE, MEDC, dan JPFA.

Pada perdagangan sebelumnya, yakni Jumat (26/2), IHSG melemah ke 6.241 atau turun 47,85 poin atau 0,76 persen. Pelaku pasar asing mencatatkan jual bersih atau net sell di seluruh pasar sebesar Rp74,48 miliar.