12 July 2022 , 19:33 WIB
https://www.infosawit.com/news/12796/wayan-supadno–segala-bentuk-pajak-dan-pungutan-ekspor-cpo-perlu-dihentikan-sementara

InfoSAWIT, JAKARTA – Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit yang terus merosot telah berdampak pada kehidupan sebagian besar petani kelapa sawit swadaya yang memang menggantungkan hidupnya pada komoditas ini.

Dengan kondisi seperti ini salah satu petani kelapa sawit swadaya asal Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengah, Wayan Supadno, memberanikan diri guna membuat surat terbuka berupa kritik dan saran mengenai kebijakan yang diterapkan pemerintah saat ini, yang justru semakin membuat harga TBS Sawit petani semakin merosot.

Dalam surat itu Wayan berpendapat bahwa  semakin banyak pabrik kelapa sawit (PKS) yang tutup lantaran tangki timbun CPO penuh dan stok mencapai sekitar 6,3 juta ton, dampak volume ekspor hanya 30% dari lazimnya.

Demikian pula, semakin luas kebun kelapa sawit petani yang tidak dipanen akibat PKS tutup dan harga hanya mencapai Rp 600/kg TBS di bawah biaya produksi (HPP) Rp 1.800/kg;

“Petani sawit jutaan kepala keluarga (KK) terancam bangkrut dan anaknya terancam putus sekolah,” demikian bunyi surat terbuka Wayan Supadno.

Wayan meminta kepada pemerintah unutk menghentikans sementara segala bentuk pajak dan pungutan yang dikenakan kepada produk minyak sawit di Indonesia yang di ekspor.

“DMO, DPO dan flush out pajak ekspor US$ 288, pungutan ekspor US$ 200, flush out US$ 200. Total US$ 688/ton CPO setara Rp 10.320.000/ton atau Rp 2.064/kg TBS. Agar sementara waktu dicabut, supaya ekspor lancar menguras CPO 6,3 juta ton agar tinggal 1 juta ton. Pemerintah mengalah sementara, asal dapat PPN dan devisa,” kata Wayan.

Selain itu guna menghabiskan stok CPO yang mencapai 6,3 juta ton bisa sebagian untuk program mandatori B40, mumpung harga CPO murah agar tidak subsidi dari BPDPKS, demikian catatan Wayan Supadno, dalam surat terbukanya . (T5)