Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat dengan yakin 0,48% di level 6.676,39 pada perdagangan Rabu (18/5/2022).
Selang 5 menit IHSG lanjut melesat 1,01% di level 6.715,56 dengan nilai transaksi di angka Rp 1 triliun.
Asing net sell senilai Rp 125 miliar. Saham BBNI dan TLKM menjadi dua saham yang paling banyak diborong asing dengan net buy masing-masing sebesar Rp 8 miliar dan Rp 36 miliar.
Sementara itu di awal perdagangan, saham EMTK dan ARTO menjadi dua saham paling banyak dibuang asing dengan net sell sebesar Rp 57 miliar dan Rp 23 miliar.
Rilis neraca dagang dengan pencapaian ekspor yang fantastis mengindikasikan bahwa ekonomi Indonesia dalam keadaan yang stabil. Hal ini kemudian dapat menjadi penunjang kinerja IHSG.
Kenaikan wall street menjadi angin segar bagi IHSG hari ini. Sebab indeks tersebut merupakan indeks acuan dunia sehingga dapat indikasi optimisme investor di pasar saham.
Indeks Dow Jones Industrial Average lompat 431,17 poin (+1,34%) ke 32.654,59. Nasdaq lompat 321,73 poin (+2,76%) ke 11.984,52 dan S&P 500 naik 80,84 poin (+2,02%) ke 4.088,85.
Lonjakan tersebut menandai upaya pasar untuk bangkit setelah berminggu-minggu mengalami penurunan tajam. Indeks S&P 500 keluar dari zona penurunan beruntun selama enam pekan yang menjadi penurunan terpanjang sejak 2011.
Dari dalam negeri data ekspor yang melonjak tajam bisa menjadi katalis laju IHSG hari ini. Terutama dari sektor pertambangan yang nilai ekspornya melonjak. Hal ini jadi sentimen positif karena meningkatkan ekspektasi bahwa kinerja emiten batu bara akan positif pada kuartal II-2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada April 2022 naik 47,76% year-on-year(yoy) menjadi US$ 27,32 miliar, tertinggi sepanjang masa. Pendorongnya adalah ekspor produk pertambangan yang mencapai US$ 6,41 miliar atau tumbuh 182,48% yoy.
Ekspor bahan bakar mineral yang termasuk batu bara di dalamnya tercatat US$ 14.143,9 juta, naik 78,14% yoy. Sementara jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor produk ini naik 13,88% mtm.
Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada bulan lalu sebesar US$ 19,76 miliar, tumbuh 21,97% (yoy). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 7,56 miliar. Ini membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 24 bulan beruntun.