Kamis, 26 Agustus 2021 / 08:25 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210825203759-92-685433/ri-diprediksi-tak-defisit-dagang-dengan-china-pada-2024

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memperkirakan Indonesia tak lagi menelan defisit perdagangan dengan China pada 2024. Sebab, ia meyakini nilai ekspor dari Tanah Air akan terus meningkat ke negeri tirai bambu itu.

“Bayangan saya pada 2024, neraca perdagangan kita sama China itu nol, zero, karena impor kita sama ekspor kita sama,” ucap Lutfi saat rapat bersama Komisi VI DPR, Rabu (25/8).

Lutfi mengatakan proyeksinya ini muncul karena Indonesia sudah berhasil memangkas defisit perdagangan dengan China mencapai US$7,5 miliar pada 2020. Jumlah defisit dagang yang berhasil dikurangi itu mencapai 50 persen dari rata-rata nilai defisit perdagangan mencapai US$15 miliar pada 2005-2019.

“Ini kenapa bisa? Karena tiba-tiba investasi China datang dengan teknologinya juga dan ini yang sempat diributin sama semua orang, yang katanya kita buka-bukaan, itu ternyata cost structure-nya luar biasa. Lalu apa yang kejadian? Ini barang dan teknologi China, investasi China, kita kirim balik lagi ke China, di mana tahun lalu 69 persen dari nilai ekspor kita US$10,68 miliar merupakan ekspor besi baja yang balik lagi ke China,” jelasnya.

Selain karena kemampuan Indonesia menekan defisit perdagangan dengan China dalam beberapa tahun terakhir, Lutfi juga mengatakan prospek tidak ada lagi defisit dagang dengan mitra dagang utama itu berasal dari keunggulan beberapa ekspor komoditas Indonesia.

“Kalau kita lihat sekarang sudah ada empat industri yang nilainya di atas US$3 miliar ke China,” imbuh dia.

Kendati begitu, ia tidak menyebutkan apa saja industri yang dimaksud. Namun, ia meyakini nilai ekspor dari empat industri itu bisa semakin meningkat ke China pada masa depan.

Tak cuma mengurangi defisit dagang dengan China, Lutfi juga mengaku optimis bahwa nilai ekspor Indonesia ke depan akan semakin tinggi. Sebab, ada beberapa hilirisasi industri yang tengah dilakukan pemerintah dan hasil produksinya punya potensi pasar besar ke depan.

Pertama, industri mobil listrik. Saat ini, Indonesia telah mendapat kucuran investasi sekitar US$10 miliar dari LG, perusahaan asal Korea Selatan, untuk membangun industri baterai listrik di dalam negeri.

“Ini investasinya dari hulu ke hilir. Tahun 2023, saya yakin teknologi EV battery kita akan maju dan kita pasti akan menjadi sentral daripada mobil elektrik di masa depan, ini pasti kejadian,” katanya.

Kedua, menurutnya, nilai ekspor Indonesia bisa naik berkat komoditas aluminium karena juga tengah berkembang pada saat ini.

“Tahun depan, saya yakin industri aluminium kita masuk top 10 daripada ekspor kita,” ungkapnya.

Di sisi lain, Lutfi mengatakan peluang peningkatan ekspor sangat terbuka untuk Indonesia karena ia menilai Indonesia merupakan negara pasar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang paling stabil.

“Jadi kita ini memang akhirnya menjadi negara yang paling stabil di ASEAN. Sekarang di Myanmar tidak ada konstitusi, di Thailand tidak ada, kita tidak perlu bicara Vietnam karena itu memang bukan negara demokrasi. Negara demokrasi itu memberikan jaminan kestabilan tersebut,” pungkasnya.