Rabu,  03 Februari 2021 / 08:16 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210203071315-85-601591/harga-minyak-menguat-23-persen-ditopang-stimulus-as

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia naik sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Selasa (2/2), waktu AS. Penguatan harga minyak ditopang oleh rencana paket stimulus AS.

Melansir Antara, Rabu (3/2), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik US$1,11 atau 2 persen menjadi US$57,46 per barel di London ICE Futures Exchange.

Begitu juga harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret melejit US$1,21 atau 2,3 persen menjadi US$54,76 per barel di New York Mercantile Exchange.

Tercatat penguatan harga minyak merupakan yang tertinggi sejak 12 bulan terakhir. Analis melihat penguatan harga minyak meningkat, seiring sentimen perkembangan stimulus fiskal AS senilai US$1,9 triliun di DPR dan Senat.

“Anda mendapatkan paket stimulus ekonomi AS yang tidak terpikir oleh siapa pun,” terang Direktur Energi Berjangka Mizuho di New York Bob Yawger.

Hal ini menambah positif sentimen peningkatan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), meski masih di bawah perkiraan produksi Januari 2021.

Sebelumnya, para negara OPEC bersepakat untuk memangkas produksi sekitar 1 juta barel per hari demi mengerek harga di pasar. Produksi minyak Kazakhstan pun turun, meski produksi Rusia tetap meningkat.

Di sisi lain, American Petroleum Institute (API) menyatakan persediaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) menurun pada pekan ini. Hal ini terjadi karena tingginya permintaan energi di tengah musim dingin di negeri Paman Sam.

Bahkan, tingginya permintaan membuat harga minyak memanas menyentuh kisaran US$15,84 yang merupakan level tertinggi dalam delapan bulan terakhir.

Sebaliknya, British Petroleum (BP), perusahaan minyak asal Inggris justru mencatat penjualan minyak ritel turun sekitar 20 persen secara tahunan pada Januari 2021.

Penurunan lebih tinggi dari 11 persen pada kuartal IV 2020. Namun, BP memperkirakan permintaan tetap akan kembali pulih pada pertengahan tahun ini.