Senin, 03 Mei 2021 / 07:31 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210503071408-85-637660/harga-minyak-anjlok-gara-gara-minim-permintaan-dari-india

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak dunia anjlok pada akhir pekan lalu karena minim permintaan dari India. Hal ini terjadi sejalan dengan kebijakan penguncian wilayah (lockdown) di negara tersebut dan penerapan pembatasan dari negara lain ke India karena kekhawatiran terhadap penyebaran variasi baru covid-19.

Melansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni jatuh US$1,31 atau 1,9 persen menjadi US$67,25 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni anjlok US$1,43 atau 2,2 persen menjadi US$63,58 per barel di New York Mercantile Exchange.

Penurunan harga minyak Brent dan WTI tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Namun, secara bulanan, harga minyak Brent masih mencatatkan pertumbuhan sekitar 6 persen, sementara WTI 8 persen.

Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn mengatakan penurunan harga minyak pada akhir pekan terjadi karena ada pembatasan aktivitas keluar-masuk India dari sejumlah negara, salah satunya Amerika Serikat. Padahal, India merupakan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia.

“Masalah terbesar adalah laporan yang keluar dari India tentang covid-19. Ketidakpastian itu membuat pasar gelisah,” ucap Flynn.

Selain India, penurunan harga minyak juga terjadi karena minim permintaan dari Jepang. Data impor minyak negeri sakura itu mencatat volume impor minyak turun 25 persen menjadi 2,34 juta barel per hari.

Begitu pula dengan negara-negara lain di dunia yang tengah melakukan penguncian wilayah (lockdown) akibat covid-19. Kenaikan permintaan hanya terjadi di AS dan China.

Di sisi lain, produksi minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) meningkat pada April 2021, khususnya di Iran.

Kendati begitu, survei Reuters memperkirakan harga minyak Brent secara keseluruhan tahun ini akan meningkat menjadi US$64,17 per barel. Proyeksinya naik dari sebelumnya di kisaran US$62,3 per barel.