Senin, 22 Februari 2021 / 07:45 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210222073106-85-609155/harga-minyak-mentah-dunia-turun-akhir-pekan-lalu

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia melemah pada akhir pekan lalu. Penurunan terjadi saat kilang para perusahaan minyak di Texas mulai siap beroperasi setelah sempat tutup akibat cuaca dingin dan pemadaman listrik.

Melansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April jatuh US$1,02 atau 1,6 persen menjadi US$62,91 per barel di London ICE Futures Exchange pada akhir pekan lalu. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret anjlok US$1,28 atau 2,1 persen menjadi US$59,24 per barel di New York Mercantile Exchange.

Namun, secara akumulasi, harga minyak Brent masih naik tipis 0,5 persen sepanjang pekan lalu. Sedangkan harga minyak WTI tumbuh 0,7 persen.

“Penurunan harga sejauh ini tampak korektif dan sedikit dalam konteks akselerasi kenaikan harga besar bulan ini,” kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.

Menurutnya, penurunan harga minyak terpengaruh cuaca dingin yang tidak biasa di Texas, negara bagian penghasil energi terbesar di AS. Hal ini juga terpicu oleh pembatasan produk minyak mentah di negara bagian yang lainnya hingga 4 juta barel per hari (bph) dan 21 miliar kaki kubik gas alam.

Perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi untuk pertama kalinya sejak November pada pekan lalu. Sementara pabrik-pabrik penyulingan di Texas menghentikan sekitar seperlima dari pemrosesan minyak nasional di tengah pemadaman listrik dan cuaca dingin yang parah.

“Sementara sebagian besar penjualan berkaitan dengan mulai pulihnya aliran listrik secara bertahap di wilayah pesisir Teluk (Meksiko) menjelang pemanasan suhu yang signifikan, besarnya kehilangan pasokan minggu ini mungkin memerlukan diskon lebih lanjut karena banyak ketidakpastian mengenai tingkat dan kemungkinan durasi kehilangan produksi,” kata Ritterbusch.

Analis energi di Commerzbank Research Carsten Fritsch mengatakan sudah ada tanda-tanda penurunan harga minyak sebelumnya. Namun mengejutkannya, harga minyak rupanya benar-benar jatuh saat stok turun 7,3 juta barel menjadi 461,8 juta barel. Stok turun ke level terendah sejak Maret 2020.

“Sudah ada tanda-tanda kemarin sore bahwa harga mulai goyah dan koreksi mungkin akan terjadi, yaitu ketika harga tidak lagi menanggapi data persediaan AS yang sangat bullish,” ujar Fritsch.

Kendati begitu, Senior Analis Pasar di OANDA Craig Erlam menilai kenaikan harga minyak sejatinya tidak hanya dipicu oleh cuaca dingin di Texas. Menurutnya, banyak faktor bullish yang diperhitungkan sekarang.

“Vaksin-vaksin dan peluncuran mengesankan yang telah kami lihat telah memberikan keuntungan yang kuat, seperti halnya upaya OPEC+, Arab Saudi, khususnya, dan pembekuan besar di Texas, yang memberi harga minyak satu tendangan terakhir minggu ini,” jelas Erlam.

Di sisi lain, Analis StoneX Kevin Solomon mengatakan ada kemungkinan Iran akan kembali ke pasar minyak dunia. Hal ini sejalan dengan rencana AS yang akan berkomunikasi dengan Iran mengenai perjanjian 2015 yang bertujuan untuk mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir.

“Terobosan ini meningkatkan kemungkinan bahwa kita mungkin melihat Iran kembali ke pasar minyak segera, meskipun ada banyak hal yang harus dibahas dan kesepakatan baru tidak akan menjadi salinan karbon dari kesepakatan nuklir 2015,” tutur Solomon.