Kamis, 18 November 2021 / 07:01 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211117205807-532-722662/sri-mulyani-soroti-kenaikan-harga-barang-grosir-di-eropa-dan-china

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan harga produk grosir di pasar Eropa hingga China sudah mulai naik alias inflasi. Artinya, sebentar lagi inflasi di tingkat konsumen akan terjadi secara global dan berpotensi memberi dampak bagi Indonesia.

“Di berbagai negara, Eropa, Amerika Serikat, China, dan beberapa negara emerging market (berkembang) seperti Meksiko dan Korea Selatan sudah terjadi kenaikan harga produsen yang kemudian bisa menyebabkan kenaikan harga pada tingkat konsumen atau diukur menjadi inflasi,” ucap Ani, sapaan akrabnya saat konferensi pers virtual usai Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Rabu (17/11).

Ani mencatat kenaikan harga di tingkat grosir di Eropa mencapai 16,3 persen. Sementara di China berkisar 13,5 persen, Amerika Serikat 8,6 persen, dan Korea Selatan 7,5 persen. Sedangkan di Indonesia, inflasi produk grosir sekitar 7,3 persen.

“Kenaikan harga produsen ini harus diwaspadai agar tidak mendorong kenaikan inflasi di tingkat konsumen,” ujarnya.

Lebih lanjut, bendahara negara menjelaskan sinyal inflasi global selanjutnya bisa memberi dampak lebih luas ke sektor keuangan dan ekonomi. Salah satunya mempercepat dan memperbesar pengurangan likuiditas atau tapering off dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Selain itu, juga bisa membuat The Fed semakin cepat menaikkan tingkat suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR). Apalagi saat ini inflasi produk konsumen di negeri Paman Sam sudah mencapai 6 persen.

“Secara historis misalnya ada kenaikan fed fund rate maka bisa menimbulkan potensi guncangan dari sisi capital flow di negara emerging market dan menimbulkan dampak ke nilai tukar rupiah. Bahkan, di berbagai negara berkembang seperti Argentina dan Turki sudah terjadi kenaikan inflasi dan depresiasi nilai tukar yang sangat dalam,” jelasnya.

Begitu pula bagi Indonesia, menurutnya, hal ini juga bisa memberikan guncangan terhadap sektor keuangan dan ekonomi nasional. Bahkan, mengancam stabilitas di kedua sektor.

“Indonesia harus hati-hati dan waspada terhadap dinamika global yang berasal dari tapering off. Indonesia dengan fondasi ekonomi yang terus kita perkuat, kita berharap akan memberikan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi dinamika global tersebut,” pungkasnya.