Jumat, 19 November 2021 / 08:04 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211118182643-532-723150/sri-mulyani-sebut-transisi-energi-tak-bisa-dilakukan-secara-ekstrem

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proses transisi energi tak bisa dilakukan secara ekstrem. Apalagi, kini sedang terjadi krisis energi di global.

Sri Mulyani mencontohkan kasus di Jerman. Negara itu terpaksa kembali ke energi fosil karena harga gas melejit.

“Di Jerman dengan harga gas tinggi, mereka pindah lagi ke batu bara hari ini,” ungkap Sri Mulyani dalam CEO Forum, Kamis (18/11).

Ia mengatakan harga batu bara juga semakin tinggi sekarang. Pasalnya, dunia sebelumnya mengurangi produksi batu bara secara signifikan untuk menuju energi bersih.

Ketika stok menipis, tetapi permintaan melejit, harga komoditas akan semakin melonjak.

“Jadi kalau dunia ekstrem tidak kalkulasi yang terjadi, fossil fuel tinggi, CO2 semakin banyak diproduksi karena orang tidak bisa tiba-tiba shutdown ekonomi dengan electricity,” jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar merekomendasikan agar Indonesia mengutamakan gas sebagai sumber energi di masa transisi menuju target nol emisi (net zero emission/NZE).

Arcandra menjelaskan pemerintah harus memikirkan strategi yang tepat dalam melakukan masa transisi menuju target nol emisi. Hal ini agar Indonesia tak mengalami krisis energi seperti di Eropa saat ini.

Menurut Arcandra, Indonesia tak bisa langsung lepas dengan energi berbahan bakar fosil untuk menuju target nol emisi.

“Kita semua tidak boleh gegabah, harus cermat, pertimbangkan banyak hal untuk menuju energi bersih. Gunakan energi fosil tapi dampak ke lingkungan tidak begitu besar. Masih energi bersih, apa itu? Gunakan gas yang didahulukan, bukan minyak,” ungkap Arcandra.

Menurutnya, gas merupakan energi fosil, tetapi masih lebih bersih dibandingkan minyak dan batu bara. Dengan demikian, pemerintah bisa mengurangi pemakaian batu bara dan minyak di masa transisi.