Kamis, 24 Juni 2021 / 09:20 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210624091109-78-658711/rupiah-keok-ke-rp14440-di-tengah-lonjakan-kasus-covid-19

Jakarta, CNN Indonesia — Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.440 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (24/6) pagi. Posisi tersebut melemah 0,05 persen dibandingkan posisi Rabu (23/6) sore di level Rp14.432 per dolar AS.

Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan oleh yen Jepang turun 0,03 persen, dolar Singapura melemah 0,08 persen, dan ringgit Malaysia berkurang 0,10 persen.

Selanjutnya, yuan China berkurang 0,10 persen, peso Filipina melemah 0,17 persen, dan bath Thailand turun 0,03 persen. Sedangkan, dolar Taiwan berhasil menguat 0,02 persen, rupee India naik 0,12 persen, dan won Korea Selatan naik 0,12 persen.

Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju tampak lesu di hadapan dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris turun 0,06 persen, dolar Kanada melemah 0,02 persen, franc Swiss berkurang 0,09 persen, dan dolar Australia turun 0,03 persen.

Direktur PT Solid Gold Berjangka Dikki Soetopo mengatakan pelemahan rupiah pagi ini dipicu oleh perhatian pasar kepada kenaikan kasus aktif covid-19 di Indonesia. Akibatnya, terjadi arus modal keluar dari pasar (capital outflow) sehingga menekan rupiah.

“Angka kasus yang masih tinggi membuat investor dan seluruh rakyat Indonesia wajib waspada. Akibatnya, arus modal keluar ini membuat rupiah tertekan,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan jumlah kasus aktif secara nasional bertambah 15.308 pada Rabu (23/6). Kini, total kasus positif covid-19 di Indonesia menjadi 2.033.421 sejak pertama kali diumumkan pada awal Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo.

Dikki menuturkan kasus aktif tersebut menggambarkan beban yang ditanggung negara. Prediksinya, rupiah akan melaju di rentang Rp14.400 – 14.490 per dolar AS, cenderung melemah.

“Kasus aktif menggambarkan pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun mandiri. Data ini menggambarkan seberapa berat beban yang ditanggung sistem pelayanan kesehatan di suatu negara,” imbuhnya.