Kamis, 22 April 2021 / 07:20 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210421190139-92-633037/pengusaha-minta-sri-mulyani-batasi-ekspor-kelapa-murni

Jakarta, CNN Indonesia — Istikanah, pengusaha briket arang kelapa dari Kendal, Jawa Tengah meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membatasi ekspor kelapa murni alias ‘bulat-bulat’ ke luar negeri karena dianggap kurang bernilai tambah.

Menurut Isti yang merupakan Direktur CV Indo Arab Interpise, perusahaan yang didirikannya, bila kelapa diekspor ‘bulat-bulat’ maka rantai bisnisnya sangat pendek. Bahkan, minim serapan tenaga kerja.

“Bu Menteri, saat ini besar-besaran ekspor kelapa bulat, kelapa utuh, nilai devisanya tentu berbeda dengan briket-nya dan juga selain dari nilai devisanya, nilai padat karyanya kurang. Kalau kelapa bulat, hanya kelapa diekspor, selesai, tapi kalau kelapa ini ada batasan ekspor, maka ada nilai nata de coco misal, serabut-nya, arang-nya, sehingga lebih banyak manfaat dari nilai devisanya,” ujar Isti di acara Talk Show Hari Kartini Kementerian Keuangan 2021, Rabu (21/4).

Selain itu, menurutnya, ketika industri pengolahan kelapa berjalan, maka akan tercipta hilirisasi produk. Begitu juga dengan penyerapan tenaga kerjanya.

“Jadi pertanyaan saya, bisakah pemerintah untuk pembatasan daripada ekspor kelapa bulat ini?” kata yang merupakan penerima fasilitas pembiayaan kegiatan ekspor skala UKM dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) itu.

Sri Mulyani menjawab pemerintah akan melihat dulu seperti apa kebijakan yang berlaku saat ini dan dampaknya pada semua lini, termasuk kepada perekonomian. Sebab suka tidak suka, Indonesia tengah membutuhkan peningkatan kinerja ekspor untuk menopang pertumbuhan ekonomi pascakrisis akibat pandemi covid-19.

Apalagi, potensi ekspor kelapa utuh sebenarnya cukup menjanjikan karena Indonesia kaya akan komoditas ini. Sementara pasar internasional, salah satunya di Amerika Serikat, memang membutuhkan kelapa dari Indonesia.

“Ekspor Indonesia untuk kelapa luar biasa karena saya tahu, ketika saya tinggal di Amerika, enam tahun, itu banyak sekali permintaan terhadap kelapa, karena gaya hidup anak-anak muda sekarang ini, mereka tidak minum lagi minuman berpemanis karbon, mereka lebih suka air biasa, atau kelapa, terutama yang suka olahraga, seperti yoga,” ucap Ani, sapaan akrabnya.

Kendati memiliki potensi yang luar biasa, namun bendahara negara memastikan pemerintah tetap melihat dampak realisasi ekspor ini ke hal-hal lain, termasuk dampaknya pada industri yang justru membutuhkan kulit kelapa untuk hilirisasi, seperti bisnis briket milik Isti.

“Pasti ibu karena bahan bakunya berasal dari batok kelapa, kalau diekspor ya bahan bakunya hilang, ini persis seperti rotan. Nanti saya akan lihat mengenai fenomena ini,” tandasnya.