Kamis, 22 Oktober 2020 / 06:34 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201021205100-532-561261/menkeu-ramal-ekonomi-digital-ri-tembus-rp1955-t-pada-2025

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi digital Indonesia naik dari US$40 miliar atau sekitar Rp588 triliun (asumsi kurs Rp14.700 per dolar AS) menjadi US$133 miliar atau sekitar Rp1.955 triliun dalam lima tahun ke depan. Ini berarti, nilai ekonomi digital domestik bakal melonjak lebih dari dua kali lipat pada 2025 mendatang.

“Dalam lima tahun ke depan nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik lagi dari US$40 miliar jadi US$133 miliar,” ucap Sri Mulyani dalam Acara HUT Golkar ke 56 secara virtual, Rabu (21/10).

Bendahara negara mengklaim potensi nilai ekonomi digital Indonesia lebih besar ketimbang Thailand. Jika nilai ekonomi digital benar-benar menyentuh US$133 miliar pada 2025, artinya lebih tinggi dua kali lipat dari nilai ekonomi digital di Thailand.

Menurut Sri Mulyani, nilai ekonomi digital Indonesia terus meningkat setiap tahun. Bahkan, nilai ekonomi digital yang saat ini sebesar US$40 miliar sudah naik lima kali lipat sejak 2015 lalu.

“Sebuah kenaikan sangat cepat. Potensi sangat besar,” imbuh Sri Mulyani.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan transaksi ekonomi digital di Indonesia memang terus meningkat. Hal ini khususnya terjadi di masa pandemi covid-19.

“Seperti transaksi e-commerce, kenaikan 2019 menjadi Rp205,5 triliun akumulasi satu tahun,” tutur Perry.

Tahun ini, ia memproyeksi transaksi e-commerce naik menjadi Rp429 triliun. Prediksi itu dihitung berdasarkan realisasi transaksi e-commerce per Agustus 2020 yang sebesar Rp180 triliun.

Kenaikan transaksi ini sejalan dengan nilai transaksi jual beli di e-commerce yang meningkat hampir dua kali lipat. Jumlahnya naik dari 80 juta transaksi pada 2019 menjadi 140 juta transaksi sampai Agustus 2020.

Sebelumnya, Ekonom Utama sekaligus PMO Blue Print Sistem Pembayaran BI Agung Purwoko mengatakan kenaikan transaksi di e-commerce terjadi karena ada pergeseran pola belanja dan pembayaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya di tengah pandemi. Sebab, masyarakat sedang tidak mungkin melakukan mobilitas di tengah kebijakan pembatasan dari pemerintah untuk menekan penyebaran virus.

Berdasarkan jenis barang, Agung mencatat mayoritas transaksi e-commerce merupakan pembelian produk makanan dan minuman. Permintaannya meningkat tinggi pada awal pandemi, namun belakangan menurun seiring dengan pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas.

Produk lain yang juga mendominasi belanja e-commerce masyarakat di tengah pandemi adalah perlengkapan rumah tangga dan kantor. Menurut catatannya, permintaan terhadap produk ini masih stabil meningkat sampai bulan-bulan ini.