Senin, 22 November 2021 / 20:35 WIB
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211122203024-78-724629/lps-sebut-kondisi-ekonomi-as-bikin-ri-tumbuh-lebih-gesit
Jakarta, CNN Indonesia — Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memprediksi laju perekonomian Indonesia akan meningkat, seiring pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS). Bahkan, kondisi ekonomi di negeri Paman Sam memberi Indonesia ruang untuk tumbuh lebih cepat.
Purbaya mengatakan hal ini tercermin dari siklus bisnis dan pengalaman ekonomi AS-Indonesia di masa lalu. Menurut catatannya, biasanya ketika ekonomi AS mulai tumbuh seperti sekarang, maka ekonomi Indonesia juga akan tumbuh.
“Jadi, saat ekonomi AS pulih dari resesi dan tumbuh positif, maka dampaknya juga akan positif ke Indonesia. Artinya, dampak global memberi ruang ke Indonesia untuk tumbuh lebih cepat ke depan,” ungkap Purbaya di acara Economic Outlook 2022 bertajuk Arah Pergerakan Suku Bunga 2022, Senin (22/11).
Bahkan, peluang pertumbuhan ekonomi positif bagi Indonesia, juga ada meski bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), berencana menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada tahun depan. Menurutnya, langkah ini sengaja diambil The Fed agar ekonomi AS tumbuh sesuai tingkat wajarnya di kisaran 2-3 persen.
“The Fed menaikkan (suku bunga acuan) bukan untuk menaikkan ekonomi, tapi mengendalikan pertumbuhan ekonomi supaya tidak kelepasan, sehingga dia bisa tumbuh di level yang sesuai. Oleh sebab itu, kita tidak perlu khawatir dengan tapering dan potensi kenaikan fed fund rate di 2022,” ucapnya.
Di sisi lain, dampak tapering alias pengurangan likuiditas oleh The Fed dan rencana kenaikan suku bunga acuannya tidak akan memberi dampak, seperti taper tantrum pada 2013. Sebab, The Fed sudah mengomunikasikan hal ini sejak jauh-jauh hari, sehingga sudah bisa diantisipasi oleh banyak pihak.
Senada, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso juga melihat dampak dinamika ekonomi global tak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya, para pemangku kebijakan yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), sudah meramu kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil untuk membantali ekonomi Indonesia.
Bahkan, ia optimistis ekonomi Indonesia tetap bisa meneruskan tren pertumbuhan positif yang sudah terjadi pada kuartal-kuartal sebelumnya. Tercatat, Indonesia tumbuh 7,07 persen pada kuartal II dan 3,51 persen pada kuartal III 2021. “Indonesia bisa tumbuh 4 persen-5 persen pada tahun ini,” kata Wimboh.
Sinyal optimisme juga datang dari para pelaku industri perbankan. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5 persen-5,5 persen pada 2022.
“Ada beberapa katalis, seperti pemulihan konsumsi rumah tangga, ekspor yang meningkat karena harga komoditas, kepercayaan investasi, program PEN, dan lainnya,” terang Royke.
Sementara, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ahmad Siddik Badruddin meramalkan laju perekonomian nasional berada di kisaran 5 persen pada 2022.
Salah satunya didukung oleh penyaluran kredit bank yang sudah mulai positif dan tumbuh pada tahun ini serta diperkirakan bakal berlanjut pada tahun depan.