Kamis, 18 Maret 2021 / 07:32 WIB
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210318071052-85-618924/kenaikan-stok-minyak-as-seret-harga-minyak-dunia
Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak kembali merosot pada akhir perdagangan Rabu (17/2), waktu Amerika Serikat (AS). Artinya, penurunan telah terjadi selama empat hari perdagangan berturut-turut.
Dilansir Antara, harga minyak keok lantaran ekspektasi permintaan di Eropa melemah dan kenaikan persediaan minyak mentah AS.
Tercatat, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 39 sen dolar AS atau 0,6 persen menjadi ditutup US$68 per barel. Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April sebesar 20 sen dolar AS atau 0,3 persen, menjadi US$63,68 per barel.
Permintaan Eropa berpotensi melemah mengingat beberapa negara telah menghentikan penggunaan vaksin covid-19 AstraZeneca karena kekhawatiran terhadap risiko efek samping. Selain itu, kasus virus corona di Jerman meningkat, Italia memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) secara nasional, dan Prancis berencana untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.
“Harapannya sekarang adalah bahwa Eropa bisa mendapatkan kembali peluncuran vaksinnya yang lambat ke jalurnya,” ujar Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Di AS, data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah lokal menanjak 2,4 juta barel pekan lalu atau berbanding terbalik dengan proyeksi penurunan satu juta barel sehari sebelumnya. Analis memperkirakan peningkatan tiga juta barel.
Persediaan minyak mentah AS telah meningkat selama empat minggu berturut-turut setelah operasi kilang di selatan terhambat oleh cuaca dingin yang parah bulan lalu.
Hal itu terjadi lantaran perusahaan perlahan-lahan mulai kembali mengoperasikan fasilitas-fasilitas minyaknya dan keseimbangan diperkirakan pulih dalam beberapa minggu ke depan.
“Lebih dari tiga perempat dari kenaikan 1,1 juta barel per hari minggu lalu terjadi di Gulf Coast. Peningkatan lain dalam aktivitas penyulingan dalam laporan minggu depan akan mengantarkan kita kembali ke tren penarikan persediaan,” kata Direktur Riset Komoditas Matt Smith di ClipperData.
Laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan harga minyak tidak mungkin meningkat secara dramatis dan berkelanjutan serta permintaan diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat sebelum pandemi hingga 2023.
Di sisi lain pelemahan harga minyak di akhir sesi tertahan setelah Federal Reserve memproyeksikan lonjakan pesat dalam pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi tahun ini seiring meredanya kasus corona. The Fed juga menyatakan akan mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol untuk beberapa tahun mendatang.