Rabu, 23 Desember 2020 / 09:31 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201214102535-92-581712/jalan-terjal-ihsg-dan-rupiah-sejak-positif-corona

Jakarta, CNN Indonesia — Pandemi covid-19 tidak hanya menimbulkan permasalahan di sektor kesehatan, tetapi juga menjangkiti sektor keuangan. Kondisi ini ditunjukkan dari pergerakan nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tampak buntung sepanjang 2020.

Rupiah misalnya, sejak awal tahun hingga perdagangan 8 Desember terdepresiasi sebesar 1,76 persen ke posisi Rp14.110 per dolar AS. Padahal, rupiah membuka lembaran baru 2020 dengan optimis. Pada perdagangan 2 Januari, rupiah berada di level Rp13.893 per dolar AS, terpaut jauh dengan posisi sekarang.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan penguatan rupiah awal tahun ditopang meredanya konflik dagang AS dan China, dengan ditandatanganinya perjanjian dagang fase pertama pada 15 Januari. Diketahui, konflik dua raksasa ekonomi itu menekan rupiah sepanjang 2019 lalu.

“Kekhawatiran mereda, aliran dana masuk ke aset berisiko termasuk aset rupiah, sehingga rupiah menguat,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, dikutip Jumat (11/12).

Tren penguatan rupiah terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada 24 Januari di posisi Rp13.583 per dolar AS. Posisi ini merupakan level tertinggi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal tahun (year-to-date/ytd).

Namun, posisi rupiah di level Rp13 ribu-an hanya mampu bertahan kurang dari 2 bulan. Memasuki akhir Februari, rupiah meninggalkan level tersebut dan melemah ke Rp14.025 per dolar AS tepatnya pada 27 Februari.

Keperkasaan mata uang Garuda pun terus hilang. Tak butuh waktu lama, rupiah memasuki level Rp15 ribu-an pada 17 Maret tepatnya Rp15.173 per dolar AS. Saat itu, virus corona mulai menjangkiti rupiah.

“Virus corona sudah mulai menyebar ke seluruh dunia dan membuat pasar khawatir,” ujarnya.

Sejalan dengan penyebaran virus corona ke penjuru dunia, laju rupiah pun terus merosot. Ariston menjelaskan kondisi ini disebabkan kekhawatiran pasar terhadap perekonomian. Sebab, hampir semua negara melakukan penguncian wilayah (lockdown) dan pembatasan sosial sehingga aktivitas ekonomi bak mati suri.

Imbasnya, pelaku pasar beramai-ramai mengalihkan aset mereka dari negara berkembang ke negara maju yang dinilai lebih aman, yakni AS.

Rupiah pun terus melemah hingga mencapai posisi Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret, yang merupakan posisi terendah sejak awal tahun. Setelah mencapai posisi terdalam, pergerakan rupiah cenderung fluktuatif, namun tetap bertengger di level Rp16 ribu-an.

Rupiah baru meninggalkan level Rp16 ribu-an pada 9 April ke level Rp15.880 per dolar AS. Akhirnya rupiah kembali ke posisi Rp14 ribu pada 6 Mei, tepatnya Rp14.995 per dolar AS.

Ariston menuturkan penguatan rupiah ini ditopang kebijakan pelonggaran lock down dan pembukaan ekonomi secara bertahap di sejumlah negara. Rupiah terus konsisten berada di level Rp14 ribu-an hingga perdagangan Selasa (8/12) yakni Rp14.110 per dolar AS.

“Kekhawatiran pasar mulai mereda lagi, tidak sepanik dulu. Banyak stimulus dikeluarkan baik dari pemerintah, dari BI, itu yang mendorong rupiah cepat penguatannya,” tuturnya.

Menjelang tutup tahun, rupiah tampak semakin perkasa. Hal ini dipicu hadirnya vaksin covid-19 serta dimulainya program vaksinasi di sejumlah negara.

Indonesia sendiri telah mendatangkan sebanyak 1,2 Juta dosis vaksin covid-19 produksi Sinovac. China pada Minggu (6/12). Mempertimbangkan kondisi tersebut, Ariston meramal rupiah bisa tembus ke level Rp13.900 per dolar AS pada akhir 2020.

“Vaksin meredakan kekhawatiran pasar soal perlambatan pemulihan ekonomi dan mulai masuk ke aset berisiko termasuk rupiah, sehingga mendorong penguatannya. Rupiah jadi aset berisiko karena Indonesia adalah emerging market,” jelasnya.

IHSG di Zona Merah

Setali tiga uang, IHSG kondisi pun tak jauh berbeda. Sejak awal tahun hingga perdagangan 8 Desember, IHSG terkoreksi sebesar 5,64 persen ke level 5.944. Padahal, IHSG berhasil menguat ke level 6.283 saat membuka perdagangan awal tahun.

Posisi 6.000-an masih dipertahankan selama Januari. Namun, akhir Januari IHSG mulai meninggalkan level tersebut menjadi 5.940. Laju indeks saham terus merosot hingga meninggalkan level 5.000-an menjadi 4.895 pada 12 Maret.

Senada, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan optimisme IHSG pada awal tahun juga ditopang oleh redanya konflik dagang AS-China. Tetapi, kemunculan dan penyebaran virus corona menghapus optimisme pasar tersebut.

Ia menjelaskan pasar khawatir terhadap dampak pandemi covid-19 pada perekonomian. Imbasnya, mereka kabur meninggalkan aset berisiko termasuk pasar saham ke aset yang lebih aman, seperti dolar AS dan emas.

“Kasus pandemi naik lalu menyebar ke banyak negara, dan puncak kekhawatiran pasar terjadi di Maret ketika kasus-kasus meningkat, lalu di Indonesia pada Maret ditemukan kasus pertama, di akhir Maret IHSG jatuh ke level 3.900,” katanya.

IHSG konsisten mendarat di zona merah, hingga menyentuh titik terendah sejak awal tahun di level 3.937 pada 24 Maret. Kondisi tersebut membuat pasar kalang kabut, bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat beberapa kali melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt.

Trading halt diberlakukan selama 30 menit ketika IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 persen. Namun, secara perlahan IHSG pulih ke level 4.000-an.

Sepanjang Maret, April, Mei dan Juni, indeks saham hanya bergerak di level 4.000-an. Angin segar akhirnya berhembus pada 8 Juli, dimana IHSG bisa kembali ke posisi 5.000-an, tepatnya 5.076.

Hans menjelaskan pemulihan IHSG dipicu pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap di sejumlah negara. Di Indonesia sendiri, pemerintah mulai melonggarkan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“AS dan banyak negara maju mulai membuka ekonomi, serta pandemi mulai terkendali. Ekonomi mulai buka, aktivitas sosial mulai jalan, dan pemulihan ekonomi terjadi,” paparnya.

Tren kenaikan IHSG masih berlanjut. Indeks saham bisa mempertahankan level 5.000-an, hingga menyentuh 5.944 pada 8 Desember. Puncaknya IHSG kembali ke level 6.012 pada Senin (14/12).

Melihat kondisi itu, Hans memprediksi indeks saham bisa tembus level 6.100 pada perdagangan akhir tahun mendatang.

Optimisme ini dipicu oleh temuan vaksin covid-19 dan pelaksanaan program vaksinasi di beberapa negara. Menurutnya, vaksin covid-19 bisa memberikan kepercayaan bagi masyarakat untuk kembali beraktivitas sehingga ekonomi bisa pulih perlahan.

“Selain vaksin, ada harapan stimulus fiskal AS. Untuk Indonesia, ada tambahan sentimen positif karena selama pandemi, asing meninggalkan emerging market dan sekarang sudah ada vaksin, jadi ada pergerakan kembali ke emerging market,” tuturnya.

Emas Mengilap

Berbanding terbalik dengan rupiah dan IHSG, kinerja emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam justru semakin mengilap selama pandemi covid-19. Sejak awal tahun hingga 8 Desember, harga logam mulia tercatat terbang 25,29 persen menjadi Rp966 ribu per gram.

Pada awal tahun, emas Antam dibanderol Rp771 ribu per gram. Tak butuh waktu lama, harga emas berhasil terbang meninggalkan level Rp700 ribu-an menjadi Rp802 ribu pada 21 Februari.

Ariston mengatakan pelaku pasar berbondong-bondong melarikan aset mereka ke aset aman (safe haven) termasuk emas akibat pandemi covid-19. Mereka khawatir pada kondisi perekonomian global akibat pandemi covid-19.

“Harga emas global dan Antam sama-sama meledaknya karena kekhawatiran covid-19,” katanya.

Buktinya, saat kasus positif pertama virus corona diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret, harga emas terbang ke posisi Rp819 ribu per gram. Selanjutnya, ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi covid-19 mendorong emas semakin berkilau.

Kurang dari sebulan, harga emas makin kinclong ke level Rp900 ribu per gram pada 23 Maret. Meski sempat mengalami fluktuasi, namun tren harga emas terus meningkat. Puncaknya, pada 28 Juni, harga emas tembus Rp1,02 juta per gram.

Tak berhenti di situ, logam mulia terus menunjukkan kilaunya hingga tembus Rp1,06 juta per gram pada 7 Agustus, yang merupakan rekor tertinggi sejak awal tahun.

Ariston menjelaskan rekor harga emas dipicu bertambahnya kasus positif covid-19 di seluruh dunia, sehingga mengerek naik harga emas global maupun Antam. Pembukaan aktivitas ekonomi secara perlahan, terbukti justru mendatangkan gelombang kedua covid-19 di sejumlah negara. Di sisi lain, ketika itu vaksin covid-19 belum ditemukan.

“Pasar menjadi khawatir akan pemulihan ekonomi karena kasusnya terus bertambah,” ucapnya.

Sepanjang periode Agustus dan Oktober, harga emas beberapa kali tembus ke level Rp1 juta-an. Meskipun sempat turun, namun masih mendekati level tersebut.

Namun, kilau emas mulai redup menjauhi posisi Rp1 juta-an memasuki November. Pada 10 November, harga emas terkoreksi tajam Rp34 ribu menjadi Rp972 ribu per gram.

Redupnya kilau emas ini, sejalan dengan ditemukannya vaksin covid-19. Moderna, produsen obat asal AS, yang pertama kali mengumumkan efektivitas vaksin covid-19 mencapai 94,5 persen. Ariston menuturkan pengumuman itu meredakan kekhawatiran pasar terhadap pemulihan ekonomi.

“Kuncinya vaksin, jadi meredakan kekhawatiran pasar. Berita soal keberhasilan uji vaksin mendorong penurunan harga emas, nanti yang bisa turunkan lagi harga emas adalah distribusinya,” tuturnya.

Saat ini, harga emas masih bertengger di kisaran Rp900 ribu-an. Namun, mulai menjauhi level Rp1 juta-an. Di sisi lain, pelemahan harga emas akan tertahan oleh gelontoran stimulus AS.

Ariston memperkirakan stimulus jumbo itu menekan nilai tukar dolar AS, sehingga investor kembali memborong emas. Menurutnya, pasar masih akan memantau perkembangan persetujuan stimulus di Kongres AS. Saat ini, pembahasan alot terkait besaran stimulus masih berlangsung antara Partai Demokrat dan Partai Republik.

“Kalau ada stimulus, maka barang yang dinilai dalam dolar AS kelihatan murah, termasuk emas. Jadi, permintaannya naik, harga emas naik, karena demand bertambah,” pungkasnya.