Senin, 09 Agustus 2021 / 07:00 WIB
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210809064722-92-678027/insentif-ppn-diperpanjang-sektor-properti-bakal-menggeliat
Jakarta, CNN Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,2 persen menjadi 6.203 pada pekan lalu. Investor asing mencatat pembelian bersih Rp1,21 triliun untuk periode sama.
Pengamat Pasar Modal Riska Afriani menyebut indeks masih berpotensi melanjutkan penguatan pada pekan ini. Ia menilai realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang mencapai 7,07 persen jadi momentum pembalikan arah indeks.
Menurut Riska, apresiasi pasar terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari kebangkitan atau rebound saham-saham berkapitalisasi besar pada pekan lalu. Sebelumnya, saham big caps cenderung stagnan, bahkan tak bergairah.
Dia memproyeksikan minggu ini IHSG bakal bergerak di rentang 6.130-6.280. “Potensi IHSG, jika mampu mencapai target, bisa sampai ke 6.500,” imbuhnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (8/8).
Selain rilis PDB, indeks juga ditopang oleh rilis laporan keuangan emiten kuartal II 2021. Kendati pandemi masih berlangsung, namun ia menyebut realisasi kinerja emiten relatif terjaga karena sudah melakukan penyesuaian bisnis di tahun kedua pandemi ini.
Kemudian, pengumuman perpanjangan atau pelonggaran PPKM berjenjang juga bisa menjadi penopang IHSG. Ia menilai gairah (appetite) pasar bakal melonjak bila PPKM dilonggarkan atau turun level untuk banyak daerah.
Tak hanya pelaku ritel, dia menyebut investor asing pun tampaknya sudah mulai optimis dengan indeks dalam negeri, bercermin dari derasnya arus masuk modal asing.
Lebih jauh, Riska mengatakan perpanjangan insentif bebas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk rumah tapak dan unit hunian rusun dapat kembali menggerakkan sektor properti lewat peningkatan penjualan.
Sejatinya, insentif berakhir pada bulan ini, namun diperpanjang hingga Desember 2021. Perpanjangan, lanjutnya, menjadi harapan sektor properti karena insentif sebelumnya dinilai terlalu buru-buru dicabut.
Buru-buru karena PPN hanya bisa dinikmati untuk properti siap huni, sementara masih banyak proyek properti yang masih dalam tahap finalisasi serah terima.
Berdasarkan data Real Estat Indonesia (REI), pertumbuhan penjualan properti naik sebesar 20 persen pada kuartal II berkat kebijakan PPN ditanggung pemerintah.
Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) juga menyebut insentif PPN merangsang penjualan rumah tapak. JLL mencatat pada semester I 2021, 80 persen properti yang terjual memiliki harga di bawah Rp1,3 miliar, sejalan dengan aturan yang hanya menggratiskan PPN untuk rumah tapak di bawah Rp2 miliar.
Riska melanjutkan bahwa keberhasilan program pada semester II ini terbuka lebar, mengingat masyarakat lebih optimis dibandingkan sebelumnya.
“Secara umum orang sudah berani membeli properti karena ekonomi sudah jalan, kalau dulu kekhawatiran pembeli cenderung masih tinggi,” ujarnya.
Melihat momentum pemulihan ekonomi dan insentif PPN, Riska merekomendasikan sektor perbankan dan properti. Kedua sektor tersebut, ia menilai merupakan sektor strategis yang bakal mengekor penguatan ekonomi nasional.
Untuk sektor perbankan, Riska merekomendasikan saham PT BRI (Persero) Tbk atau BBRI, PT BNI (Persero) Tbk atau BBNI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI, dan PT BCA Tbk (BBCA).
Sedangkan untuk sektor properti, dia merekomendasikan emiten yang bergerak di rumah tapak, seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Namun, Riska tidak menetapkan harga target untuk rekomendasi tersebut.
Untuk pilihan menarik lainnya, Riska menyebut saham teknologi atau bank digital juga dapat dipantau, seperti PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Khusus untuk BUKA, kendati pada IPO telah meraih pendanaan gemuk Rp22 triliun, namun Riska melihat antusias pasar terhadap unicorn pertama yang IPO tersebut masih tinggi. Diperkirakan, BUKA masih mampu menguat pada pekan ini.
Sepaham, Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto melihat BUKA masih berpotensi menguat. Dia menilai BUKA tidak hanya menawarkan euforia sesaat karena menjadi unicorn pertama yang tercatat di BEI, namun juga bisnis yang menjanjikan.
Dia menyebut fokus BUKA untuk mendigitalisasikan UMKM RI yang mayoritas belum melek teknologi bakal menjadi ekosistem bisnis yang luas dan kuat. Ia menilai bila BUKA mampu membawa UMKM daerah naik kelas, maka BUKA mampu membantu memecahkan masalah ekonomi daerah sekaligus membangun konglomerasi bisnis.
Menurut Chandra, BUKA tidak lagi dipandang sebagai startup, namun bagian dari konglomerasi karena berafiliasi dengan perusahaan besar, seperti PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan Grab.
“Di belakang itu juga saya yakin mereka sudah disiapkan ‘senjata’ lewat dana segar IPO,” tandasnya.