Selasa, 15 Desember 2020 / 20:50 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201215200240-78-582595/industri-keuangan-syariah-ri-naik-peringkat-ke-2-dunia

Jakarta, CNN Indonesia — Islamic Finance Development Indicator (IFDI) menempatkan industri keuangan syariah Indonesia di posisi kedua dunia pada tahun ini atau naik 2 peringkat dari tahun lalu. Posisi Indonesia hanya di bawah jiran Malaysia.

Head of Islamic Finance Refinitiv Mustafa Adil menyebut peningkatan tersebut didorong oleh dukungan pemerintah RI yang gencar melakukan sosialisasi dan edukasi terkait industri maupun produk keuangan syariah.

Tak hanya melihat ukuran industri keuangan syariah itu sendiri, Mustafa menyebut indikator lainnya yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah edukasi dan kesadaran masyarakat akan industri keuangan syariah.

“Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat baik dalam hal edukasi dan kesadaran masyarakat. Pemerintah RI juga bekerja baik dan ini diikuti oleh tren serupa di pasar syariah lainnya,” katanya pada press briefing daring, Selasa (15/12).

Pun begitu, ia menyebut masih ada beberapa hal yang harus dibenahi pemerintah jika ingin menjadi kekuatan keuangan syariah terbesar. Salah satunya, memperbaiki sektor perbankan syariah.

Saat ini, perbankan syariah Indonesia menduduki posisi ketiga dunia. Menurut Mustafa, pemerintah Indonesia dapat melakukan perbaikan yang signifikan dalam sektor terkait.

“Saat ini Indonesia menduduki posisi ketiga dalam hal aset perbankan syariah secara global dan terdapat perbaikan signifikan yang bisa dilakukan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga menyebut potensi tersebut mulai disadari oleh pemerintah Indonesia. Ini terlihat dari kesungguhan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang serius dalam mengembangkan industri keuangan syariah.

Salah satu contohnya adalah merger tiga bank syariah BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia pada tahun ini.

Ketiganya adalah PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah. Nantinya, bank hasil merger itu memiliki aset mencapai Rp214,6 triliun, dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun.