Rabu, 07 April 2021 / 09:02 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210407085742-532-626829/imf-proyeksi-ekonomi-as-64-persen-laju-tercepat-sejak-1984

Jakarta, CNN Indonesia — Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS (Amerika Serikat) akan menyentuh 6,4 persen tahun ini atau naik 1,3 persen dari proyeksi sebelumnya sekitar 5,1 persen. Proyeksi ini menjadikan ekonomi negeri Paman Sam menjadi negara dengan laju ekonomi tercepat sejak 1984 silam.

Dalam laporannya, IMF mengatakan faktor utama yang akan mendorong perekonomian AS adalah stimulus fiskal senilai US$1,9 triliun dari Presiden Joe Biden. Stimulus sebesar ini sebelumnya tidak pernah diberikan pemerintah mana pun.

“Dengan US$1,9 triliun, paket fiskal Pemerintahan Biden diharapkan memberikan dorongan kuat untuk pertumbuhan AS pada 2021 dan memberikan dampak positif yang cukup besar kepada mitra dagang,” ungkap IMF dalam laporannya, seperti dikutip dari CNN Business, Rabu (7/4).

Dari stimulus fiskal ini, IMF memandang sudah ada beberapa pengaruh yang terjadi di sektor riil. Misalnya, jumlah rekrutmen pekerja di AS bertambah 916 ribu pekerjaan pada Maret 2021.

Hal ini bahkan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2020. Begitu pula dengan sektor manufaktur AS yang kembali meningkat.

Menurut IMF, dampak dari stimulus fiskal Biden bisa membuat AS menjadi negara dengan pemulihan tercepat sejak era Presiden Ronald Reagan pada 1984. Sementara negara-negara lain di dunia mungkin baru bisa pulih pada 2022-2023.

Pasalnya, stimulus fiskal yang besar menjadi modal yang baik untuk AS agar bisa memproduksi dan mendistribusikan vaksin covid-19 yang menjadi salah satu faktor pemulihan ekonomi pada tahun ini.

“Pemulihan multispeed sedang berlangsung di semua wilayah dan di seluruh kelompok pendapatan, terkait dengan perbedaan mencolok dalam kecepatan peluncuran vaksin, tingkat dukungan kebijakan ekonomi, dan faktor struktural seperti ketergantungan pada pariwisata,” kata Direktur Penelitian IMF Gita Gopinath.

“Jalur pemulihan yang berbeda kemungkinan besar akan menciptakan kesenjangan yang jauh lebih luas dalam standar hidup antara negara berkembang dan negara lain,” lanjutnya.

Bersamaan dengan proyeksi kenaikan ekonomi AS, IMF melihat potensi pertumbuhan yang lebih tinggi di ekonomi dunia, yaitu mencapai 6 persen atau naik 0,5 persen dari 5,5 persen yang merupakan outlook sebelumnya.

Sementara ekonomi negara-negara di kawasan Eropa diperkirakan tumbuh sekitar 4,4 persen, seperti Jerman, Prancis, hinggga Italia. Sedangkan, pertumbuhan Jepang diramal sekitar 3,3 persen.

Kendati AS tumbuh cepat, namun angka pertumbuhan tinggi kemungkinan masih berada di kawasan Asia. Misalnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi China sebesar 8,4 persen pada 2021 dan India 12,5 persen hingga 2022.

IMF tetap memperingati negara-negara di dunia untuk mewaspadai ketidakpastian yang masih ada, meski vaksinasi terus digencarkan.

“Kemajuan yang lebih besar dengan vaksinasi dapat meningkatkan perkiraan, sementara varian virus baru yang menghindari vaksin dapat menyebabkan penurunan tajam,” tulis IMF.

IMF juga memperingati soal potensi kenaikan tingkat suku bunga karena terpicu meningkatnya laju inflasi sejalan dengan pemulihan ekonomi. Tingkat suku bunga yang naik akan mengetatkan sumber pembiayaan bagi negara-negara berkembang dan miskin.

“Ada risiko bahwa kondisi keuangan di negara pasar berkembang mungkin mengetat secara nyata, terutama jika pembuat kebijakan di negara maju mengambil langkah menuju normalisasi kebijakan,” jelas IMF.

Tantangan lain, setelah krisis mereda, para negara punya pekerjaan rumah besar untuk mengembalikan ekonomi yang lebih inklusif, hijau, dan berkelanjutan.