Kamis, 17 September 2020 / 19:15 WIB

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5177486/selandia-baru-resesi-apa-dampaknya-ke-ri?single=1

Jakarta – Setelah 29 negara resmi resesi, kini Selandia Baru juga terseret ke jurang tersebut. Penyebabnya tak lain dan tak bukan yakni pandemi virus Corona (COVID-19) yang memporak-porandakan perekonomian global.

Selandia Baru resesi setelah dua kuartal berturut-turut ekonominya mengalami kontraksi. Produk Domestik Bruto (PDB) Selandia Baru terkontraksi 12,4% secara year-on-year (yoy). Sementara secara kuartalan terkontraksi 12,2%. The Reserve Bank of New Zealand memperkirakan penurunan ekonomi secara kuartalan dan tahunan sebesar 14%.

Melemahnya perekonomian Selandia Baru akibat kebijakan lockdown pada April dan Mei untuk mencegah penyebaran Corona. Keputusan itu membuat semua orang tinggal di rumah dan kegiatan bisnis banyak yang tutup.

Lantas, bagaimana dampaknya ke Indonesia?

Selandia Baru merupakan salah satu mitra dagang Indonesia. Dikutip dari situs resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag), Indonesia punya potensi besar mengekspor produk hospitality, ikan tuna segar beku, kopi, kopra, cengkih, pala, rumput laut, produk rotan, produk kerajinan tangan, ban mobil, bahan peledak, pencetakan alat transaksi pembayaran, serta produk industri meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) ke Selandia Baru.

Pada 2019, produk ekspor utama Indonesia ke Selandia baru dan negara di kawasan Pasifik antara lain komponen elektronik, kelapa sawit, ban, dan tembakau. Sementara impor Indonesia dari kawasan Pasifik adalah batu bara bitumen, produk peternakan, gandum, konsentrat bijih besi, dan gula mentah.

Berdasarkan data BPS, total ekspor Indonesia ke Selandia baru pada tahun 2019 mencapai 2 juta ton dengan nilai US$ 447,51 miliar. Sementara, total ekspor Indonesia ke Selandia Baru selama bulan Januari-Juli 2020 sebesar 1,26 juta ton dengan nilai US$ 261,90 miliar.

Sementara, total impor Indonesia dari Selandia Baru pada tahun 2019 mencapai 843.348 ton dengan nilai US$ 763,59 miliar. Lalu, total impor Indonesia dari Selandia Baru selama bulan Januari-Juli 2020 sebesar 355.057 ton dengan nilai US$ 446,58 miliar.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, dampak resesi Selandia Baru terhadap Indonesia sangat kecil melihat porsi ekspor-impor maupun investasi.

“Kalau saya lihat Selandia Baru perannya dalam perdagangan masih relatif kecil. Kalau data statistik Kemendag itu 0,29% dari total ekspor non migas kita. Jadi masih relatif kecil. Jauh dengan China yg bisa sampai 11,1% sebagai negara tujuan ekspor nonmigas kita. Begitu juga investasi menurut saya, perannya juga tak terlalu besar,” jelas Tauhid kepada detikcom, Kamis (17/9/2020).

Hanya saja, melihat puluhan negara sudah resesi, tentu akan berdampak pada ekspor-impor Indonesia. “Kalau dihitung bersama-sama pasti pengaruh. Kalau kumulatif dengan negara-negara lain pasti pengaruh. Tercermin dari pertumbuhan ekspor-impor kita yang turun sejak Februari lalu,” urai Tauhid.

Senada dengan Tauhid, Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi juga menilai dampak resesi Selandia Baru tak begitu besar ke Indonesia.

“Dampaknya relatif kecil atau terbatas karena Selandia Baru bukan negara tujuan utama ekspor Indonesia dan bukan juga negara investor utama FDI ke Indonesia,” tutur Eric ketika dihubungi detikcom.

Menurutnya, dampak resesi negara lain seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Uni Eropa lebih besar terhadap Indonesia.

“Berbeda dengan dampak resesi di AS, Jepang, atau Uni Eropa ke Indonesia karena negara-negara ini adalah negara tujuan utama ekspor dan FDI ke Indonesia,” tutup Eric.