Senin, 29 Maret 2021 / 07:50 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210329073301-85-623202/macet-di-terusan-suez-angkat-harga-minyak

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia melonjak sekitar 4 persen pada akhir pekan lalu. Sentimen utama datang dari kekhawatiran global akan terganggunya pasokan minyak dan produk olahan karena kapal kontainer raksasa masih menghalangi arus lalu lintas di Terusan Suez.

Melansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei meningkat US$2,62 atau 4,2 persen menjadi US$64,57 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik US$2,41 atau 4,1 persen menjadi US$60,97 per barel di New York Mercantile Exchange.

Secara akumulasi, harga Brent naik 0,1 persen pada minggu lalu. Sedangkan WTI turun 0,7 persen.

Harga minyak mengalami rebound pada akhir pekan lalu karena kekhawatiran gangguan pasokan setelah kapal kontainer raksasa menghalangi arus lalu lintas di Terusan Suez. Padahal sebelumnya, pasar sudah mempertimbangkan gangguan pasokan akibat rencana penutupan (lockdown) di Benua Biru sejalan kenaikan kasus covid-19.

“Pasar kembali naik karena para pedagang yang berubah pikiran memutuskan bahwa gangguan Terusan Suez sebenarnya menjadi lebih signifikan untuk aliran minyak dan pengiriman pasokan daripada yang mereka simpulkan sebelumnya,” kata Wakil Presiden Pasar Minyak Rystad Energy Paola Rodriguez Masiu.

Menurut data Kpler, tercatat ada volume minyak sebanyak 1,74 juta barel per hari (bph) dari total 39,2 juta bph yang melalui jalur Terusan Suez pada 2020. Data lain mencatat ada 1,54 juta bph produk sulingan yang melalui jalur tersebut atau setara 9,0 persen dari produk minyak global.

Sementara pada akhir pekan lalu, setidaknya ada 10 kapal dengan muatan 10 juta bph yang menunggu di Terusan Suez untuk bisa melalui jalur tersebut. Sejalan dengan kemacetan di Terusan Suez, tarif pengiriman mulai naik dua kali lipat.

Di sisi lain, harga minyak juga terangkat risiko geopolitik di Timur Tengah atas kelanjutan penyerangan di fasilitas minyak Saudi Aramco. Selain itu, harga minyak juga mendapat pengaruh dari kebijakan OPEC+.

Goldman Sachs memperkirakan OPEC+ akan mempertahankan tingkat produksi dengan kenaikan 3,4 juta bph sampai September 2021.