Jumat, 30 April 2021 / 07:47 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210430074123-85-636712/harga-minyak-terbang-tertinggi-dalam-6-pekan-terakhir

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia naik ke level tertingginya dalam enam pekan terakhir pada akhir perdagangan Kamis (29/4) waktu AS. Kenaikan harga minyak ditopang data ekonomi yang cukup kuat di tengah pelemahan dolar AS.

Selain itu juga, prospek pemulihan permintaan bahan bakar minyak (BBM) menguat, meskipun kekhawatiran kasus covid-19 meningkat, terutama di Brasil dan India.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni meningkat 1,9 persen menjadi US$68,56 per barel. Sedangkan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 1,8 persen menjadi US$65,01 per barel.

Mengutip Antara, Jumat (30/4), kondisi itu membuat kedua harga acuan minyak naik tiga hari berturut-turut, dengan penutupan harga tertinggi sejak 15 Maret 2021 lalu.

“Musim panas adalah sinonim musim mengemudi. Pengemudi di Amerika Serikat, China, dan Inggris mulai mengkonsumsi lebih banyak bahan bakar. Ini perkembangan yang diyakini pasar akan menutup penurunan permintaan akibat kenaikan kasus covid-19 di India,” imbuh Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.

Tidak hanya itu, Bjornar melanjutkan, harga minyak juga mendapat dukungan dari pelemahan dolar AS, yang membuat harga minyak lebih murah untuk dibeli pasar internasional.

Diketahui dolar AS melemah mendekati posisi terendahnya dalam sembilan pekan, karena tekanan dari kebijakan bank sentral AS, The Fed, termasuk juga stimulus jumbo dari Presiden AS Joe Biden.

Faktor lain yang menopang kenaikan harga minyak adalah kabar positif dari Eropa dan Amerika, termasuk pembukaan pembatasan New York, serta pengumuman produsen vaksin covid-19 Moderna Inc untuk melipatgandakan kapasitas vaksinnya.

Analis Citibank menyebut kampanye vaksinasi covid-19 di Amerika Utara dan Eropa berpotensi membuat permintaan minyak mencapai rekor tertingginya di 101,5 juta barel per hari selama musim panas nanti. Tapi, ia juga memperingatkan bahwa meningkatnya kasus covid-19 di Brasil dan India bisa memukul permintaan.