Senin, 31 Mei 2021 / 06:25 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210531061547-85-648549/harga-minyak-brent-tembus-rekor-tertinggi-2-tahun

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah global ditutup beragam pada perdagangan Jumat (28/5), waktu Amerika Serikat (AS). Harga minyak mentah berjangka Brent berhasil menembus rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir dipicu sinyal pemulihan ekonomi AS.

Melansir Antara, Senin (31/5), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik 17 sen atau 0,20 persen menjadi US$69,63 per barel yang merupakan harga tertinggi sejak Mei 2019. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 53 sen atau 0,79 persen menjadi US$66,32 per barel.

“Didorong oleh data ekonomi yang membaik, Brent membuat tawaran baru untuk level psikologis US$70 per barel,” kata Analis Commerzbank Eugen Weinberg.

Departemen Tenaga Kerja mencatat klaim tunjangan pengangguran negara bagian turun 38 ribu menjadi 406 ribu per 22 Mei 2021. Angka itu merupakan yang terendah sejak pertengahan Maret 2020 sekaligus menandai penurunan mingguan keempat berturut-turut.

Pengajuan klaim yang lebih rendah dibandingkan prediksi analis tersebut menandakan akselerasi pemulihan ekonomi AS. Kondisi tersebut memberikan optimisme pada permintaan minyak mentah global.

Analis memperkirakan permintaan minyak global akan pulih mendekati 100 juta barel per hari (bph) pada kuartal ketiga, ketika musim panas di Eropa dan AS dimulai. Selain itu, program vaksinasi covid-19 juga telah menjangkau masyarakat lebih luas.

“Kini, permintaan bensin di banyak wilayah telah melampaui level 2019 ,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Namun, kenaikan harga minyak tertahan oleh meningkatnya infeksi virus corona di Asia. Tercatat, menurut laporan Reuters, penularan virus corona di wilayah Asia Selatan melampaui 30 juta pada Jumat (28/5). Lonjakan kasus covid-19 dipimpin oleh India yang sedang berjuang dengan gelombang covid-19 kedua dan kekurangan vaksin.

Selain itu, proyeksi kelebihan pasokan minyak Iran juga menahan laju harga minyak mentah. Pasar khawatir kelebihan minyak Iran akan membanjiri pasar.

“Iran akan memperlambat reli,” kata Direktur Energi Berjangka di Mizuho, New York.

Selain Iran, produksi minyak mentah AS juga melonjak 14,3 persen pada Maret menjadi 11,2 juta bph setelah terpukul oleh cuaca dingin pada Februari lalu. Laporan pemerintah AS mengungkapkan jumlah rig minyak yang merupakan indikator awal produksi, meningkat selama sembilan bulan berturut-turut.