Selasa, 29 Juni 2021 / 19:51 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210629182332-532-660961/dampak-ekonomi-dari-pemangkasan-jam-buka-mal-dan-restoran

Jakarta, CNN Indonesia — Pemerintah bakal membatasi jam operasional pusat perbelanjaan atau mal hingga restoran dalam rangka pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Rencananya, jam operasional mal hanya boleh sampai 17.00 WIB, sementara take away atau pesan dibawa pulang di restoran sampai pukul 20.00 WIB saja.

Lalu, bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kebijakan ini?

Ekonom CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan kebijakan ini sudah pasti membuat bisnis di sektor mal, restoran, hingga ritel, termasuk supermarket akan lesu dalam beberapa waktu ke depan. Dampaknya bisa semakin buruk bila kebijakan PPKM Mikro terus diperpanjang seperti yang sudah-sudah.

“Tentunya akan mempengaruhi pendapatan pelaku usaha di sektor tersebut. Begitu juga ke pekerja, kemungkinan harus dirumahkan, bahkan sudah terdengar ada rencana perumahan pekerja di sektor ritel,” kata Faisal kepada CNNIndonesia.com, Selasa (29/6).

Kendati begitu, Faisal belum bisa menakar seberapa besar potensi penurunan pendapatan bagi pelaku usaha di sektor mal, restoran, hingga ritel. Begitu juga dengan jumlah tenaga kerja yang kemudian bakal dirumahkan atau bahkan sampai mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tapi khusus untuk ritel, Faisal menilai ritel dengan skala minimarket kemungkinan tidak akan terlalu terkena dampak penurunan. Pasalnya, mereka biasanya berada dekat pemukiman masyarakat, sehingga masih berpotensi ‘laris manis’ di kalangan masyarakat.

Hanya saja, tekanan berat pasti terasa oleh supermarket karena biasanya letaknya di pusat kota atau tidak terlalu dekat pemukiman. Bahkan, banyak juga supermarket yang berdiri di dalam mal, sehingga mau tidak mau jam operasionalnya tentu harus mengikuti dan berpotensi menggerus jumlah pengunjung.

“Minimarket mungkin masih bisa lebih survive, tapi kalau hypermart, supermarket, apalagi yang ada di mal, itu paling tertekan. Hal ini bisa memengaruhi kemampuan mereka untuk pulih juga, di mana supermarket perlu waktu pemulihan yang lebih lama,” tuturnya.

Namun ketimbang supermarket, Faisal menduga dampak penurunan pendapatan paling fatal akan dialami oleh restoran. Khususnya, yang menyasar segmen menengah ke atas.

“Karena mereka bukan cuma jual makanan dan minuman, tapi juga tempat, sementara ritel, ini sebenarnya masih sangat memungkinkan untuk pindah ke e-commerce. Jadi pemulihannya nanti ini yang paling lama,” jelasnya.

Senada dengan Faisal, Ekonom Indef Nailul Huda juga menilai dampak revisi aturan PPKM Mikro bakal menekan bisnis ritel, makanan dan minuman, hingga mal dalam jangka pendek. Tapi, menurutnya, dampak ini masih belum seberapa dengan kedaruratan penanganan pandemi di tengah lonjakan kasus covid-19.

“Mereka pasti akan terdampak, namun ekonomi secara keseluruhan akan membaik dalam jangka panjang,” ucap Huda.

Namun, menurut Huda, daripada pemerintah setengah-setengah dengan kebijakan PPKM Mikro Ketat. Baginya, lebih baik pemerintah sekalian mengambil langkah tegas berupa lockdown.

“Revisi PPKM Mikro yang lebih ketat akan berdampak positif dalam jangka panjang, penanganan pandemi akan semakin lebih baik. Tapi jika ada langkah lockdown justru akan lebih positif dalam jangka panjang, karena sekarang kan pemerintah hanya berpikir dalam jangka pendek, sehingga tidak menyelesaikan pandemi secara tuntas,” tandasnya.