Kamis, 23 September 2021 / 06:36 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210923063228-85-698204/harga-minyak-melompat-hingga-us-7619-per-barel

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia melompat pada akhir perdagangan Rabu (22/9), waktu setempat, setelah pasokan di AS merosot ke level terendahnya dalam tiga terakhir akibat Badai Ida belum lama ini. Padahal, permintaan minyak sedang meningkat di tengah pemulihan pandemi covid-19.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November terkerek 2,5 persen atau US$1,74 menjadi US$72,23 per barel.

Kenaikan serupa juga dialami minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November. Harga Brent naik 2,5 persen atau US$1,83 menjadi US$76,19 per barel.

Permintaan bahan bakar atau bensin secara keseluruhan dinilai telah pulih ke tingkat pra-pandemi. Buktinya, pasokan bensin empat pekan belakangan telah mencapai 21 juta barel per hari. Angka ini tak jauh berbeda dari periode 2019 lalu.

Di sisi lain, Badan Informasi Energi AS (EIA) melansir persediaan minyak mentah AS pekan lalu merosot 3,5 juta barel menjadi 414 juta barel, terendah sejak Oktober 2018.

“Harga minyak mentah ditopang oleh pemulihan permintaan di seluruh dunia, dengan persediaan yang terus berkurang,” tutur Lipow, seperti dikutip Antara, Kamis (23/9).

Pun demikian, EIA menyebut fasilitas minyak di Teluk Meksiko kembali berproduksi dengan hasil mingguan naik 500 ribu barel per hari dalam sepekan terakhir menjadi 10,6 juta barel per hari.

BP, perusahaan minyak dan gas raksasa, juga mengklaim empat fasilitas lepas pantainya di wilayah tersebut sudah beroperasi kembali setelah dihantam Badai Ida. Fasilitas itu kembali berproduksi pada 12 September lalu.

Pun begitu, Analis Energi Oanda Jeffrey Halley menyebut kenaikan harga minyak mentah ditopang oleh upaya OPEC meningkatkan produksi. Faktor lain, harga gas alam meroket tinggi setelah krisis pasokan di Eropa dan Asia.

Menteri Perminyakan Irak menuturkan OPEC dan sekutunya sedang bekerja keras menjaga harga minyak di level US$70 per barel, mengingat pemulihan yang terjadi pada ekonomi global.