Selasa, 29 Desember 2020 / 08:04 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201229074211-85-587232/harga-minyak-dunia-lesu-jelang-tutup-tahun

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia berbalik lesu pada awal perdagangan pekan ini. Harga minyak tertekan lemahnya permintaan bahan bakar minyak (BBM), prospek produksi yang lebih tinggi, hingga stimulus fiskal AS di tengah pandemi virus corona.

Melansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari sempat turun 43 sen atau 0,84 persen menjadi US$50,86 per barel di London ICE Futures Exchange pada akhir pekan lalu.

Begitu juga dengan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melorot 61 sen atau 1,26 persen menjadi US$47,62 per barel di New York Mercantile Exchange.

Analis Again Capital di New York, AS John Kilduff mengatakan harga minyak tertekan prospek permintaan minyak yang lebih rendah akibat penguncian wilayah (lockdown) di sejumlah negara. Hal ini sebagai dampak antisipasi terhadap penyebaran virus.

“Kami terus fokus pada pandemi ini dan apa yang akan terjadi pada Januari. Prospek lebih banyak penguncian semakin dekat dan saya pikir itulah yang menahan segalanya,” kata John.

Sinyal kekhawatiran juga mengemuka karena persetujuan stimulus fiskal baru dari Presiden AS Donald Trump senilai US$2,3 triliun. Pemberian stimulus resmi sejalan dengan penandatanganan undang-undang pemerintah kepada masyarakat dan dunia usaha di negeri Paman Sam.

Kekhawatiran pasar juga datang dari lockdown di Inggris akibat mutasi virus corona. Sementara kebutuhan rawat inap dan infeksi melonjak di beberapa bagian Eropa dan Afrika.

Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) ditambah Rusia atau OPEC+ telah menetapkan angka produksi bertambah 500 ribu barel per hari pada Januari 2021.

“Sementara banyak fokus akan tetap pada sisi permintaan dari keseimbangan minyak global minggu ini dan memasuki tahun baru, sisi pasokan dari keseimbangan tersebut mendapatkan lebih banyak perhatian bulan depan setelah OPEC+ menaikkan kelonggaran produksinya,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates di Houston.

Sementara stok minyak mentah AS turun pada pekan lalu. Namun, persediaan di kilang kemungkinan naik dalam waktu dekat.