Selasa, 27 Juli 2021 / 07:20 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210727065751-85-672566/harga-minyak-bervariasi-gegara-sentimen-pasokan-dan-covid

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak beragam pada perdagangan Senin (26/7), waktu Amerika Serikat (AS). Harga mendapat tekanan dari penyebaran covid-19 varian Delta. Namun, penurunan terbatas karena proyeksi ketatnya pasokan minyak hingga akhir tahun.

Dilansir dari Antara, Selasa (27/7), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 40 sen atau 0,5 persen menjadi US$74,50 per barel.

Sementara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September merosot 16 sen atau 0,2 persen menjadi US$71,91.

Kedua patokan minyak mentah pekan lalu pulih dari penurunan 7,0 persen pada awal pekan. Kondisi ini menandai kenaikan mingguan pertama mereka dalam dua hingga tiga minggu, didorong oleh permintaan AS yang kuat dan ekspektasi pasokan yang ketat.

“Risk appetite(selera risiko) jelas meningkat secara besar-besaran selama seminggu terakhir dan sama seperti aset berisiko lainnya, minyak mengambil jeda menjelang beberapa hari yang intens,” kata Analis Pasar Senior OANDA Craig Erlam.

Menurut Erlam, meski gelombang covid-19 menimbulkan risiko negatif namun dampaknya tidak sebesar lonjakan kasus sebelumnya. Melihat hal itu, ia menilai optimisme pasar masih kuat.

Kasus covid-19 di sejumlah negara masih terus meningkat selama akhir pekan. Hal itu salah satunya dialami oleh China selaku importir minyak mentah terbesar di dunia.

Tak ayal, sejumlah pihak khawatir impor minyak mentah China tahun ini dapat tumbuh pada tingkat paling lambat dalam dua dekade mengingat tindakan keras Beijing terhadap penyalahgunaan kuota impor yang dikombinasikan dengan dampak harga minyak mentah yang tinggi.

“Varian Delta masih menyebar dan China mulai menekan sejumlah teapot (pemurni independen), sehingga pertumbuhan impor mereka tidak akan sebesar itu,” kata Manajer Komoditas Senior Phillips Futures Singapura Avtar Sandu.

Sementara itu, harga minyak mendapat dorongan dari melemahnya dolar AS. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,28 persen menjadi 92,6487 pada akhir perdagangan Senin (26/7/2021). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.

Di sisi lalin, analis Commerzbank melaporkan permintaan minyak India melemah.

“Impor minyak pada Juni turun ke level terendah sembilan bulan, sementara pemrosesan minyak mentah hanya sedikit di atas level terendah Mei, yang dipengaruhi oleh pembatasan pandemi,” kata mereka.

Sementara itu, Wood McKenzie mencatat persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak mentah berjangka AS, turun sekitar 2,6 juta barel pekan lalu,

Selanjutnya, pasar minyak global diperkirakan akan tetap defisit meskipun ada keputusan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi sepanjang sisa tahun ini.

“Tampaknya ada pertempuran di dalam kompleks energi antara defisit pasokan yang ada yang direkayasa oleh OPEC+ dan ancaman varian Delta covid-19 di wilayah dengan tingkat vaksinasi yang rendah,” kata Analis StoneX Kevin Solomon.