Selasa, 3 Agustus 2021 / 09:09 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210803062911-92-675542/harga-emas-antam-hari-ini-3-agustus-macet-di-rp948-ribu

Jakarta, CNN Indonesia — Harga emas PT Aneka Tambang (Persero) alias Antam berada di level Rp948 ribu per gram pada Selasa (3/8). Harganya stagnan dibandingkan dengan harga sebelumnya.

Lalu, harga pembelian kembali (buyback) turun Rp1.000 dari Rp843 ribu per gram menjadi Rp842 ribu per gram hari ini.

Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp524 ribu, 2 gram Rp1,83 juta, 3 gram Rp2,72 juta, 5 gram Rp4,51 juta, 10 gram Rp8,97 juta, 25 gram Rp22,31 juta, dan 50 gram Rp44,54 juta.

Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp89,01 juta, 250 gram Rp222,26 juta, 500 gram Rp444,32 juta, dan 1 kilogram Rp888,6 juta.

Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sedangkan, pembeli yang tidak menyertakan NPWP dikenakan potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

Sementara, harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX melemah 0,51 persen menjadi US$1.812,9 per troy ons. Begitu juga dengan harga emas di perdagangan spot yang melemah 0,12 persen ke US$1.811,38 per troy ons pada pagi ini.

Pengamat Komoditas Ariston Tjendra mengatakan minat pasar terhadap aset berisiko semakin membaik. Salah satu contoh aset berisiko adalah pasar saham.

Hal ini akan membuat harga emas melaju di zona merah hari ini. Sebab, emas masuk sebagai aset berisiko rendah.

Meski begitu, Ariston memproyeksi pelemahan harga emas tak terlalu dalam. Pasalnya, pasar masih khawatir dengan lonjakan kasus covid-19.

“Kekhawatiran terhadap kenaikan kasus covid-19 di dunia membantu menjaga harga di atas US$1.800 per troy ons,” ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com.

Ia menambahkan pasar masih menunggu data tenaga kerja AS yang akan dirilis pekan ini. Data tersebut akan menjadi acuan bagi pelaku pasar dalam berinvestasi.

“Pada rapat terakhir, bank sentral AS mengungkapkan bahwa faktor masih lemahnya kondisi tenaga kerja AS yang menahan bank sentral untuk mengubah kebijakan pelonggaran moneternya,” pungkas Ariston.