19/12/2024

Source: https://www.pajak.com/ekonomi/ekonom-ui-perkirakan-bi-pertahankan-suku-bunga-6-persen-di-desember/

Pajak.comJakarta – Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Desember, menurut Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky. Keputusan ini dianggap penting di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, serta tekanan eksternal yang semakin meningkat.

Dalam laporannya, Riefky menjelaskan bahwa meski inflasi tahunan Indonesia pada November 2024 turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, yaitu 1,55 persen (yoy), mendekati batas bawah target BI sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen, BI tetap perlu berhati-hati. Ia juga mengemukakan bahwa penurunan inflasi yang didorong oleh melimpahnya pasokan pangan pascapanen dan efek high-base tidak berarti bahwa tekanan ekonomi telah hilang. Faktor eksternal, menurutnya, terutama ketidakpastian kebijakan perdagangan global, masih menjadi ancaman serius.

“Mengingat penurunan inflasi baru-baru ini, meskipun pada periode akhir tahun biasanya terjadi peningkatan permintaan karena faktor musiman, permasalahan mendasar tampaknya terkait dengan lemahnya daya beli. Hal ini tecermin dari tingkat inflasi tahunan sebagian besar kelompok pengeluaran yang tercatat di bawah sasaran BI,” kata Riefky dalam laporan yang diterima Pajak.com, Rabu (18/12).

Salah satu faktor utama yang mendorong BI untuk tidak menurunkan suku bunga adalah depresiasi Rupiah. Sejak pertengahan November, Indonesia mengalami arus modal keluar sekitar 0,75 miliar dollar Amerika Serikat (AS), yang menyebabkan Rupiah melemah 1,39 persen terhadap dollar AS, dari Rp 15.770 menjadi Rp 15.990 per dollar AS.

Lebih lanjut, Riefky menilai kondisi ini diperburuk oleh kekhawatiran investor terhadap potensi kebijakan tarif baru dari AS di bawah pemerintahan Donald Trump, yang telah mengumumkan rencana kenaikan tarif pada impor dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.

“Tekanan pada Rupiah mengharuskan BI tetap waspada, karena pemotongan suku bunga justru dapat memperburuk kondisi mata uang dan memicu arus keluar modal yang lebih besar,” tambahnya.

Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 1 miliar dollar AS dalam satu bulan terakhir, menandakan bahwa BI telah melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas Rupiah.

Di sisi lain, meskipun inflasi inti tercatat sedikit naik menjadi 2,26 persen pada November 2024, Riefky memperkirakan bahwa inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran target BI pada tahun 2024 dan 2025. Namun, ia juga memperingatkan adanya risiko peningkatan inflasi di bulan-bulan mendatang akibat kenaikan permintaan liburan dan gangguan logistik yang disebabkan oleh curah hujan tinggi.

Dengan latar belakang ini, langkah BI untuk mempertahankan suku bunga acuan pada 6,00 persen dianggap sebagai pilihan yang paling bijak untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri di tengah tekanan eksternal yang terus meningkat.

“Walaupun ada ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya, Rupiah sedang mengalami tekanan depresiasi yang cukup signifikan dan pemotongan suku bunga dapat memperburuk tekanan tersebut. Dengan demikian, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya pada 6,00 persen dalam rapat Dewan Gubernur di bulan Desember ini,” pungkasnya.