Kamis, 03 Desember 2020 / 20.32 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201203165426-92-577664/efek-corona-transaksi-e-commerce-bisa-tembus-rp377-t-di-2021

Jakarta, CNN Indonesia — Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai transaksi e-commerce bisa melonjak sampai Rp377 triliun pada 2021 mendatang. Lonjakan ini disebabkan pandemi covid-19 sehingga masyarakat memanfaatkan digitalisasi keuangan untuk bertransaksi.

“Ekonomi dan keuangan digital akan meningkat pesat. Pada 2021, nilai transaksi e-commerce akan mencapai Rp337 triliun,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020, Kamis (3/12).

Tak hanya itu, dampak peningkatan penggunaan digitalisasi keuangan juga mendorong kenaikan transaksi uang elektronik dan perbankan digital. Pasalnya, layanan uang elektronik dan perbankan digital memudahkan masyarakat bertransaksi di tengah pembatasan sosial.

“Transaksi uang elektronik pada tahun depan diprediksi akan mencapai Rp266 triliun, sedangkan digital banking diperkirakan memiliki potensi transaksi lebih dari Rp32 ribu triliun,” ucapnya.

Peningkatan transaksi digital tersebut juga tidak lepas dari prospek pemulihan ekonomi tahun depan. Ia mengatakan masa krisis ekonomi dampak covid-19 telah berlalu, sehingga perekonomian mulai membaik.

“Sembilan bulan kita telah berjuang melawan covid-19, alhamdulillah masa kritis telah berlalu,” tuturnya.

Ia memprediksi ekonomi bisa tumbuh positif pada kuartal IV 2020, setelah sebelumnya mengalami kontraksi dalam 2 kuartal berturut-turut yakni minus 5,32 persen dan minus 3,49 persen. Pada 2021 mendatang, bank sentral memperkirakan ekonomi bisa tumbuh positif 4,80 persen hingga 5,8 persen.

“Pertumbuhan ekonomi juga meningkat di seluruh daerah didukung kenaikan ekspor dengan perbaikan ekonomi global, konsumsi dengan stimulus belanja sosial dari pemerintah, investasi dengan stimulus belanja modal, dan investasi swasta dengan UU Cipta Kerja, serta meningkatnya mobilitas manusia dengan vaksinasi,” tuturnya.

Sejalan dengan itu, ketidakpastian ekonomi global juga diyakini mulai mereda. Meskipun dipastikan kontraksi 3,8 persen tahun ini, namun tahun depan ekonomi global diyakini tumbuh positif 5 persen didukung stimulus fiskal dan moneter dari setiap negara serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian.

“Ketidakpastian pasar keuangan global mereda, aliran modal asing mulai masuk ke negara emerging market, didorong melimpahnya likuiditas global dan rendahnya suka bunga negara maju,” ucapnya.