Rabu, 23 September 2020 / 08:51 WIB
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5184282/arti-resesi-dan-dampaknya-bagi-ekonomi-ri?single=1
Jakarta – Ancaman resesi semakin nyata bagi ekonomi Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah memberikan sinyal pasti RI bakal resesi bulan ini.
Pada kuartal II-2020 ekonomi Indonesia sudah -5,32%. Sementara di kuartal III-2020 yang berakhir di bulan ini, ekonomi juga diperkirakan minus.
Kata resesi ekonomi sering menjadi momok yang menakutkan. Tapi apa si sebenarnya resesi itu?
Resesi bisa diartikan bahwa roda ekonomi sedang istirahat. Sama istilahnya dengan reses, yakni masa periode persidangan diistirahatkan. Ketika ekonomi sedang istirahat maka perputaran roda ekonomi akan melambat atau bahkan berhenti.
The National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai penurunan yang signifikan dari kegiatan ekonomi secara merata. Kondisi itu berlangsung lebih dari beberapa bulan yang biasanya tercermin dalam produk domestik bruto (PDB), indikator pendapatan riil, lapangan kerja, tingkat produksi industri hingga penjualan di tingkat eceran atau konsumsi masyarakat.
Dengan penjelasan itu NBER juga mengartikan resesi ekonomi terjadi ketika dunia usaha berhenti berkembang, pertumbuhan ekonomi 0% atau bahkan minus selama dua kuartal berturut-turut, pengangguran naik hingga harga properti yang turun akibat tidak adanya daya beli.
Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad juga menjelaskan hal yang sama. Indikatornya juga bisa dilihat dari produksi industri turun, pengangguran meningkat, hingga perdagangan ritel yang turun selama dua kuartal berturut-turut.
“Ya seperti sedang istirahat, teorinya kan business cycle ada puncak ada penurunan. Nah penurunannya apakah sudah di titik terbawah dan balik lagi, atau turunnya masih berlanjut selama dua kuartal sehingga kita masuk masa resesi,” terangnya kepada detikcom.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menjelaskan, sejatinya resesi adalah siklus bisnis yang biasa. Dalam kondisi normal resesi adalah kondisi pemburukan ekonomi yang perlu dihindari.
“Tapi di tengah wabah pandemi COVID-19 saat ini resesi adalah suatu kewajaran. Hampir semua negara mengalami resesi. Resesi yang terjadi bukan cerminan kebijakan yang salah tetapi Lebih dikarenakan wabah. Oleh Karena itu resesi bukan sebuah isu besar,” tuturnya.
Jika diartikan sedang istirahat, memang terdengar tidak menakutkan. Tapi yang menimbulkan kekhawatiran adalah apa yang membuat ekonomi beristirahat? Apa karena kelelahan atau karena sakit? Jika penyebabnya yang kedua maka kekhawatiran menjadi lebih besar.
Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, pihaknya memprediksi ekonomi RI di kuartal III masih berada di level negatif, dalam kisaran -2% sampai -3%. Namun dia menegaskan resesi kali ini akan berbeda dengan resesi di 1998 yang kemudian berubah menjadi krisis ekonomi.
“Karena pada saat itu ekonomi Indonesia sudah masuk ke kategori krisis dan krisis yang disebabkan utamanya dikarenakan krisis perbankan. Saat ini meskipun Indonesia mengarah ke arah resesi tapi indikator kesehatan perbankan masih relatif baik,” ujarnya kepada detikcom.
Dengan begitu, Rendy yakin kondisi resesi kali akan jauh lebih baik dibandingkan 1998. Namun jika dibandingkan krisis 2008, memang kondisi saat ini cukup berat karena daya beli masyarakat yang masih lemah.
“Karena di tahun 2008 konsumsi rumah tangga bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, sekarang karena karena daya beli melemah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga akhirnya tidak bisa menopang pertumbuhan ekonomi keseluruhan,” terangnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan hal yang sama. Resesi saat ini berbeda dengan kondisi di 1998. Saat itu juga dipicu oleh gejolak politik.
“Sementara itu, melihat kondisi saat ini, kondisi stabilitas politik tetap terjaga dan terkendali. Di tengah kondisi pandemi COVID-19, dengan solidnya fundamental ekonomi dan kestabilan politik, nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap stabil,” tuturnya.
Dia juga yakin kontraksi ekonomi kali ini tidak akan sedalam saat itu. Dia juga yakin resesi kali ini tidak akan menimbulkan kerusuhan sosial seperti di 1998.
“Mengingat pemerintah juga sudah mengeluarkan stimulus kebijakan yang extraordinary berupa jaring pengaman sosial dan dukungan bagi usaha UMKM yang dapat memitigasi dampak sosial ekonomi dari perlambatan ekonomi tahun 2020 ini,” ucapnya.