Senin, 05 April 2021 / 08:19 WIB
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210405081412-78-625942/alasan-milenial-ogah-nabung-di-bank
Jakarta, CNN Indonesia — Ekonom Senior Indef Aviliani mengungkap alasan milenial mulai enggan menabung di bank. Berdasarkan riset yang ia lakukan, hal itu disebabkan karena anak muda mulai melirik produk investasi, seperti reksa dana, saham, obligasi, dan lainnya.
Aviliani menyebut transaksi bank yang sebelumnya berkisar 80 persen dari total kegiatan di sektor keuangan, kini sudah turun menjadi 72 persen.
Meski tak merinci sejak kapan hal itu terjadi, dia menilai ada potensi transaksi bank merosot menjadi 55 persen. Sisanya sebanyak 45 persen lari ke transaksi non-bank seperti reksa dana, asuransi, hingga obligasi.
Menurut dia, perubahan perilaku ini bisa berdampak pada likuiditas atau bantalan dana perbankan yang kian menipis. Soalnya, bank tidak lagi menjadi satu-satunya produk utama di sektor keuangan.
“Bank harus siap-siap, sumber pendanaan memang uangnya di bank, tapi bukan di tabungan atau deposito. Tetapi, menyimpan di bank untuk beli saham, beli obligasi. Ini tantangan bank ke depan sumber dana karena sumber dana semakin sulit,” kata Aviliani.
Selain itu, ia menyebut tantangan perbankan lain adalah semakin pendeknya interval waktu antar krisis keuangan.
Sejak 2008-2020 saja, ia menghitung telah terjadi delapan krisis keuangan. Ini mengharuskan perbankan untuk melakukan konsolidasi guna memperkuat sistem permodalan.
Pasalnya, setiap krisis bisa berimbas pada lonjakan kredit macet atau non performing loan (NPL). Artinya, bank tidak memiliki bantalan tebal, di sisi lain nasabah tidak bisa membayar kredit.
“Ini salah satu hal yang harus dipikirkan perbankan karena tanpa permodalan kuat bank tidak bisa ekspansi ke depan,” tuturnya.