Senin, 2 Agustus 2021 / 06:35 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210801210719-92-674995/5-sektor-usaha-potensial-di-masa-depan-versi-erick-thohir

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan lima sektor usaha potensial di masa kini dan masa depan. Kelimanya adalah sektor kesehatan, makanan dan minuman (food production), digital, perbankan, dan logistik.

“Ada 5 (sektor) yang bisa kita bilang bisnis hari ini dan masa depan, itu kesehatan, food production, digital itu realita, banking, dan logistik,” ujar Erick pada acara Insight with Desi Anwar CNN Indonesia TV, Minggu (1/8).

Selain melihat tren, kelima sektor tersebut juga dipilih karena menyumbang dividen terbesar bagi negara, misalnya perbankan. Tahun lalu, empat bank pelat merah menyetor dividen Rp13,3 triliun atau sekitar 29,8 persen dari total dividen BUMN, Rp44,6 triliun.

Sementara, sektor lain yang rajin menyetor pendapatan pajak bagi negara adalah sektor telekomunikasi dan pertambangan. Keduanya menyumbang 80 persen dari total pajak yang dibayar BUMN.

Berbicara soal dividen, Erick tak menampik pandemi membuat porsi setoran dividen tergerus, sedangkan Penanaman Modal Negara (PMN) malah bertambah.

Bila sebelumnya rasio perbandingan dividen dibanding PMN adalah 75:25, kini rasio menjadi 50:50.

“Kalau orang bisnis saya rasa masih bagus, jadi kan nol, belum bayar pajak dan bayar PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) bagi hasil,” jelasnya.

Dampak Pandemi

Erick mengakui keuangan mayoritas BUMN terdampak pandemi covid-19. Tak jauh berbeda dengan perusahaan swasta, dia menyebut perusahaan negara juga tertekan secara keuangan akibat krisis kesehatan yang merembet ke sektor ekonomi tersebut.

“BUMN sama, kami terdampak. 90 persen BUMN secara keuangan terdampak seperti swasta,” terangnya.

Erick menyebut BUMN yang paling terdampak adalah yang bergerak di sektor pariwisata dan turunannya, seperti transportasi, perhotelan, dan lainnya. Dia kemudian mencontohkan PT KAI (Persero) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang mengalami penurunan okupansi secara drastis.

Kata Erick, okupansi atau jumlah penumpang KAI maksimal tersisa 15 persen dari normal. Penerbangan pun bernasib serupa.

Kendati merugi, ia mengatakan BUMN tidak bisa lantas menghentikan layanannya karena memiliki kewajiban melayani masyarakat (public service obligation).